Search

Khotbah-Khotbah

Pokok 9: Kitab Roma (Komentari dalam Surat Roma)

[Pasal 1-2] Kebenaran Allah yang Dinyatakan di Dalam Injil (Roma 1:16-17)

(Roma 1:16-17)
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’” 


Kita harus menerima kebenaran Allah


Rasul Paulus tidak malu karena Injil Kristus. Ia dengan tegas memberi kesaksian tentang Injil itu. Namun, salah satu alasan banyak orang meratap meskipun mereka sudah percaya kepada Yesus adalah karena dosa-dosa mereka. Hal itu terjadi karena ketidaktahuan mereka akan kebenaran Allah. Kita bisa diselamatkan dengan percaya kepada kebenaran Allah dan meninggalkan kebenaran kita sendiri.
Mengapakah Paulus tidak malu karena Injil? Pertama-tama, karena kebenaran Allah dinyatakan di dalamnya. 
Injil, ‘euaggelion’ dalam bahasa Yunani, berarti ‘kabar baik.’ Ketika Yesus Kristus lahir di Betlehem, malaikat Allah menampakkan diri dan berkata kepada para gembala yang sedang menjaga domba mereka di waktu malam, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya!” (Lukas 2:14). Itulah kabar baik—‘damai sejahtera di antara manusia yang berkenan.’ Injil Tuhan menyelamatkan kita dari dosa dan membasuh dosa-dosa dunia. Yesus membasuh segala dosa kita Ia, sendiri, yang membasuh segala dosa yang berkeriapan seperti belatung di kotoran dan yang berada di dalam lumpur dosa.
Pertama-tama, Rasul Paulus mengatakan bahwa kebenaran Allah dinyatakan di dalam Injil. Kebenaran Allah dinyatakan di dalam Injil yang melenyapkan segala dosa kita. Kebenaran Allah memungkinkan kita menjadi orang-orang kudus dan benar. Itu juga memungkinkan kita untuk mendapatkan kehidupan kekal dan tidak berdosa.
Apakah kebenaran manusia? Kita manusia suka pamer di hadapan Allah ketika kita memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Menimbun kesombongan pribadi dengan melakukan perbuatan baik menggambarkan kebenaran manusia. Namun, kebenaran tindakan Yesus yang menyelamatkan kita dari dosa memungkinkan kebenaran Allah dinyatakan di dalam Injil. Inilah kebenaran Allah.
Zaman ini, kebanyakan orang Kristen mengabarkan Injil tanpa mengenal Injil kebenaran Allah. Mereka berkata, “percaya kepada Yesus dan engkau akan diselamatkan serta menjadi kaya.” Namun, itu bukanlah pengajaran Injil kebenaran Allah. Injil itu nampaknya lebih populer dibandingkan dengan semua yang lain, tetapi kebanyakan orang tidak mengenal dan salah memahami Injil. Itu sama dengan kenyataan bahwa Alkitab adalah sebuah buku terlaris, tetapi masih banyak orang yang tidak sungguh-sungguh mengerti isinya. Hal yang paling berharga dan berguna di dunia ini adalah Injil, yang diberikan Allah kepada kita.
“Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman.” Injil Allah adalah seperti oasis di tengah padang pasir. Yesus datang kepada orang-orang berdosa yang sudah melakukan banyak dosa itu dan membasuh semua dosa mereka. Namun, orang-orang banyak menolak anugerah kebenaranNya, yang sudah membasuh segala dosa dunia, saat berusaha untuk menetapkan kebenaran mereka sendiri. Orang-orang yang meninggikan usaha mereka (pelayanan, dedikasi, semangat, persembahan, doa pertobatan, doa puasa, menguduskan hari Tuhan, menerjemahkan firman Allah ke dalam tindakan dan lain-lain), dan menolak karunia Allah adalah orang-orang yang menolak kebenaranNya. Seseorang bisa menerima kebenaran Allah hanya kalau kebenarannya ditanggalkan.


Mereka menyemat daun pohon ara dan membuat pakaian


Dalam Kejadian 3:21, ada tertulis, “Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.”
Manusia yang pertama, Adam, berdosa terhadap Allah dengan jatuh ke dalam tipu daya Iblis. Yang dilakukan Adam dan Hawa setelah mereka jatuh ke dalam dosa adalah menyemat daun pohon ara dan membuat pakaian. Pakaian yang terbuat dari daun pohon ara yang disemat itu menjadi kontras yang sangat jelas dengan pakaian yang dibuat dari kulit binatang. Itulah perbedaan antara ‘kebenaran manusia’ dan ‘kebenaran Allah.’ Kejadian 3:7 mengatakan, “Lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat pakaian.” Pernahkah anda menjalin daun lobak? Kami orang-orang Korea sering memotong daun lobak dari tangkainya dan kemudian mengikat untuk menjemurnya. Kemudian di musim dingin kami biasa memasaknya dengan rebusan kacang. Enak sekali! 
Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara dan membuatnya menjadi pakaian setelah mereka melakukan dosa. Tindakan seperti ini—perbuatan baik, menyiksa diri atau mengorbankan diri—merupakan kebenaran manusia. Itu adalah kebenaran diri sendiri, bukan kebenaran Allah. Kenyataan bahwa mereka membuat pakaian sendiri dengan daun pohon ara menunjukkan dosa kesombongan dengan berusaha menyembunyikan dosa-dosa mereka dengan perbuatan baik mereka di hadapan Allah. Menyemat kebenaran diri sendiri—kesetiaan pribadi, mengorbankan diri, menyiksa diri, pelayanan, dan doa-doa pertobatan menjadi pakaian, dan menutupi dosa-dosa di dalam pikiran seseorang dengan hal itu adalah ‘penyembahan berhala’ yang menumbuhkan kesombongan seseorang di hadapan Allah.
Bisakah kita menyembunyikan dosa-dosa di dalam hati kita di hadapan Allah dengan menyemat daun pohon ara untuk membuat pakaian? Tidak. Daun itu akan mulai rontok dalam satu hari, dan setelah 3 hari, semua daun penutup akan jatuh. Pakaian yang dibuat dari tumbuhan tidak akan bertahan lama. Orang-orang yang menyemat daun pohon ara dan membuat pakaian, artinya, mereka yang berusaha menjadi orang benar dengan melayani Allah dengan baik dengan perbuatan mereka sendiri, tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita tidak akan bisa menerima pengampunan dosa dengan kebenaran perbuatan diri kita sendiri.
Ketika Adam dan Hawa mencoba untuk menyembunyikan dosa-dosa mereka dengan membuat pakaian dari daun pohon ara, Allah memanggil Adam, “Dimanakah engkau, Adam?” Ketika menyembunyikan diri di balik pepohonan di taman, ia berkata, “Aku takut, karena aku telanjang; dan aku menyembunyikan diri.” Seseorang yang memiliki dosa berusaha untuk bersembunyi di balik pepohonan. Seringkali pepohonan melambangkan manusia di dalam Alkitab. Seseorang yang memiliki dosa di dalam hatinya berusaha untuk menyembunyikan diri di antara manusia. Ia akan duduk di tengah-tengah, tidak duduk terlalu ke belakang atau terlalu ke depan di gereja dimana banyak orang berkumpul bersama. Mengapa? Karena ia ingin menyembunyikan diri di tengah-tengah manusia. 
Namun, ia tidak bisa menyembunyikan dosa-dosanya di hadapan Allah. Ia harus diampuni dari dosa-dosanya dengan menanggalkan kebenarannya sendiri dan percaya kepada kebenaran Allah. Mereka yang memiliki iman yang semu dan yang tidak percaya kepada kebenaran juga ingin masuk ke dalam Kerajaan Surga, dengan menyembunyikan diri di balik orang-orang yang demikian, tetapi mereka akan berakhir di neraka bersama dengan mereka yang menyembunyikan dosa-dosa mereka dengan perbuatan baik mereka. Orang-orang berdosa di hadapan Allah harus dinyatakan sebagai orang berdosa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Allah berkata kepada Adam, yang membuat pakaian dari daun pohon ara, “Mengapa engkau memakan buah itu? Siapa yang membuat engkau memakannya?” “Oh Allah, perempuan yang Engkau berikan di sisiku, memberikan buah itu kepadaku, dan aku memakannya.” “Hawa, mengapa engkau memakannya?” “Ular itu mendustai aku, maka aku memakannya.” Karena itu, Allah berkata kepada ular, “Karena engkau melakukan hal itu, engkau dikutuk di antara segala ternak, dan di antara semua binatang di padang; engkau akan merayap dengan perutmu dan engkau akan memakan debu sepanjang hidupmu.” Itulah sebabnya ular merayap dengan perutnya. Sekali lagi Allah berkata kepada Adam dan Hawa, “Kamu juga melakukan dosa. Engkau yang terkena tipu daya dosa dan yang membuat engkau melakukan dosa sama-sama melakukan dosa.” Di zaman ini, nabi-nabi palsu juga mengabarkan Injil palsu mereka, dengan mengatakan, “Terimalah apinya!” Orang-orang yang terkena tipu daya mereka akan diperlakukan dengan cara yang sama dengan nabi-nabi palsu itu dan masuk neraka.


Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan istrinya


Tuhan berpikir, “Aku tidak akan meninggalkan Adam dan Hawa, yang melakukan dosa karena tipu daya Iblis, sebagaimana keadaan mereka. Aku pada awalnya merencanakan untuk menciptakan manusia seturut dengan gambarKu dan menjadikan mereka anak-anakKu, karena itu Aku akan menyelamatkan mereka untuk menggenapkan rencanaKu.” Rancangan ini ada di dalam diri Allah. Karena itu, Allah menanggungkan dosa mereka kepada seekor binatang, membunuh binatang itu, mengulitinya dan membuat pakaian dari kulit itu dan memakaikannya kepada Adam dan Hawa. Ia membuat lambang untuk keselamatan kita. Pada kenyataannya, pakaian dari daun pohon ara tidak bisa bertahan satu hari saja, dan harus diperbaiki terus menerus. Allah mengenakan pakaian kehidupan kekal kepada Adam dan Hawa, dan berkata, “Engkau, Adam dan Hawa, mari, Aku baru saja membuat pakaian dari kulit binatang, pakailah. Inilah kulit dari binatang yang mati untukmu.” Tuhan mengenakan pakaian kulit kepada Adam dan Hawa dan memberkati dengan kebenaran Allah untuk memberikan kepada Adam dan Hawa kehidupan yang baru. Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit untuk Adam dan istrinya dan memakaikannya kepada mereka, sama seperti Allah memakaikan keselamatan kebenaranNya kepada orang-orang percaya.
Namun, keselamatan manusia yang tidak berasal dari keselamatan Allah adalah pakaian dari daun pohon ara. Allah memakaikan kita dengan pakaian dari kulit binatang, yang adalah kebenaran Allah. Tuhan memakaikan pengampunan dosa oleh kebenaran Allah dengan memberikan tubuh dan darahNya bagi kita. Ia menanggung segala dosa kita dengan baptisanNya dan menerima penyaliban untuk menerima segala penghukuman menggantikan kita. Allah memungkinkan kita menerima pengampunan dosa ketika kita percaya kepada kebenaran Allah melalui Injil baptisan dan darah Yesus. Inilah Injil yang menyelamatkan orang-orang berdosa dari dosa-dosa mereka.
Ada banyak orang yang berusaha untuk menetapkan kebenaran mereka sendiri, menolak kebenaran Allah didalam dunia. Mereka seharusnya menanggalkan kebenaran mereka sendiri. Di dalam Roma 10:1-4 ada tertulis, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.”
Bangsa Israel bersikeras berpegang kepada legalisme untuk menetapkan kebenarannya sendiri, saat mengabaikan kebenaran Allah. Allah memberikan kepada manusia hukum Taurat untuk membuat mereka mengenal dosa. Manusia memiliki pemahaman akan dosa melalui Dasa Titah dan menerima pengampunan dosa dengan percaya kepada keselamatanNya, yang menyelamatkan mereka dari dosa-dosa melalui sistem korban di Kemah Suci. Karena itu, korban penghapus dosa di Kemah Suci mengimplikasikan bahwa Yesus adalah pernyataan Allah yang sempurna di dalam Perjanjian Baru. Namun, bangsa Israel tidak mengenal kebenaran Allah ini.


Mengapa Yesus dibaptis?

Mengapa Yesus dibaptis? Yohanes Pembaptis membaptiskan Yesus untuk menghapus dosa dunia ini. Yesus berkata kepada Yohanes Pembaptis sebelum Ia dibaptiskan, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Matius 3:15). Inilah alasan mengapa Yesus dibaptis. Ia dibaptiskan dengan tujuan supaya Ia bisa menghapus dosa semua manusia. Ia menanggung dosa dunia dengan dibaptiskan. “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!” (Yohanes 1:29). Ia menanggung segala dosa dan disalibkan untuk memperdamaikan segala dosa. Namun, bangsa Israel tidak percaya bahwa Yesus sudah menjadi Juruselamat yang sempurna bagi orang-orang berdosa.
Bangsa Israel tidak menundukkan diri mereka kepada kebenaran Allah, tetapi Yesus adalah akhir dari hukum Taurat untuk kebenaran bagi semua manusia yang percaya. Akhir dari hukum Taurat berarti bahwa Yesus menghapus segala dosa dunia. Kristus dihukum sebagai kutuk hukum Taurat supaya semua orang percaya bisa dikuduskan. Ia menghentikan kutuk hukum Taurat. Yesus menebus semua manusia dari dosa-dosa mereka. Yesus dibaptiskan untuk membasuh segala dosa manusia. Ia menanggung segala dosa dunia dengan memberikan tubuhNya kepada Yohanes untuk dibaptiskan dan menanggung segala dosa dunia ke atas tubuhNya. Dengan demikian Ia menyelamatkan semua manusia dari segala dosa mereka. Ia mengakhiri penghukuman karena kutuk hukum Taurat dengan menanggung segala dosa dunia ini melalui baptisan dan penyalibanNya. Ia secara sempurna menyelamatkan kita dari penghukuman dan kutukan hukum Taurat. 
Hal itu adalah akhir dari hukum Taurat dan awal dari kebenaran keselamatan Allah. Yesus secara benar menanggung segala dosa dunia dengan dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis dan naik ke kayu Salib. Bagaimana mungkin bahwa seseorang memiliki dosa di dalam hatinya, meskipun ia sungguh-sungguh percaya kepada kebenaran keselamatan Yesus? “Karena di dalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman.” Baptisan dan darah Yesus adalah kebenaran Allah. Percaya kepada kebenaran Allah adalah percaya kepada baptisan dan darah Yesus.
Kebenaran Allah secara sah digenapi di dalam baptisan Yesus. Saya ingin agar anda percaya kepada hal ini. Kemudian anda akan diselamatkan dari dosa-dosa anda. Kebenaran diberikan kepada orang-orang berdosa untuk menjadi tidak berdosa melalui baptisan Yesus. Selanjutnya, kebenaran penghukuman Yesus adalah penyaliban Yesus. “Kristus adalah akhir dari masa hukum Taurat.” Penghukuman dari Allah akan menimpa mereka yang belum dihukum sepanjang hukum Taurat ada. Hukum Allah menyatakan dosa dan membuktikan bahwa upah dosa adalah maut, kutuk dan neraka itu sendiri. Karena itu, baptisan dan darah Yesus di kayu Salib mengakhiri kutuk hukum Taurat. Yesus menanggung segala dosa kita dan mengakhiri masa hukum Taurat untuk menggenapi segala kebenaran.


Orang bodoh yang membawa lampu tetapi tidak membawa minyak

Mari kita melihat Matius 25:1-13. Di situ ada perumpamaan mengenai sepuluh anak dara yang menunggu kedatangan mempelai laki-laki, Kedatangan Tuhan kita. Mari kita lihat apakah kebenaran Allah itu menurut Alkitab di dalam bagian ini. 
“Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Matius 25:1-13).
Ada tertulis bahwa Kerajaan Surga adalah seperti sepuluh gadis yang membawa lampu dan menjemput mempelai laki-laki. Siapakah yang masuk ke dalam Kerajaan Surga? Siapa yang masuk ke dalam Kerajaan Surga di antara kesepuluh gadis itu? Mengapa ada beberapa gadis yang tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga, meskipun sudah percaya kepada Yesus? Tuhan menjelaskan hal ini dalam bagian di atas. Lima dari sepuluh gadis-gadis itu bodoh dan yang lima lainnya bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh membawa lampu mereka tetapi tidak membawa minyak. Lampu berarti “gereja.” Kenyataan bahwa mereka membawa lampu tetapi tidak membawa minyak melambangkan mereka yang pergi ke gereja tanpa Roh Kudus (minyak melambangkan Roh Kudus di dalam Alkitab).
Apa yang dilakukan gadis-gadis yang bodoh? Mereka membawa lampu, tetapi tidak membawa minyak. Seseorang yang belum dilahirkan kembali, meskipun ia percaya kepada Yesus, mungkin sangat setia hadir di gereja. Semua orang berkata, “Gereja saya sungguh-sungguh ortodoks.” Semua orang Kristen di dunia akan mengatakan demikian. Mereka sangat bangga dengan pendiri gereja mereka dan beberapa orang di dalam denominasi mereka. Mereka yang bodoh membawa lampu mereka tetapi tidak membawa minyak, tetapi orang-orang yang bijaksana membawa minyak dalam wadah bersama dengan minyak mereka.
Apakah manusia? Manusia adalah sebuah wadah semata di hadapan Allah. Manusia hanyalah debu tanah. Karena itu, manusia hanyalah semacam wadah, yang di dalamnya Allah bisa berdiam. Gadis-gadis yang bijaksana membawa minyak dalam wadah mereka.


Gadis-gadis yang bodoh yang membawa lampu tanpa minyak membakar emosi mereka sendiri

Alkitab mengatakan bahwa ada gadis-gadis yang bodoh di antara orang-orang yang percaya kepada Yesus. Mereka memang membawa lampu, tetapi tanpa minyak. Ini berarti bahwa mereka belum dilahirkan kembali. Apakah sebuah pelita tanpa minyak akan bertahan lama? Yang harus kita ketahui di sini adalah bahwa lampu tanpa minyak akan dengan segera terbakar habis, tidak peduli bagaimanapun bagusnya pelita itu. Orang-orang percaya yang belum dilahirkan kembali tetapi semula memiliki rasa kasih yang menyala kepada Tuhan. Hal ini akan bertahan selama 4 atau 5 tahun. Kemudian, kasih yang menyala kepada Tuhan akan mulai padam. Mereka harus menyadari bahwa mereka belum menerima pengampunan dosa. 
Mereka yang belum dilahirkan kembali, atau yang tidak membawa minyak (Roh Kudus) mengatakan hal-hal seperti: “Saya biasa memiliki iman yang baik dahulu, tetapi sekarang tidak lagi. Engkau juga tidak lama akan menjadi seperti saya.” Mereka adalah nabi-nabi palsu dan orang-orang kudus palsu yang menjalani kehidupan keagamaan tanpa dilahirkan kembali. Mereka harus memiliki iman kepada keselamatan karena iman mereka tidak didasari oleh minyak (Roh Kudus). Iman mereka hanya didasari oleh emosi pribadi mereka. Mereka harus mendapatkan keselamatan dengan percaya kepada air dan darah Yesus dan menerima minyak Allah sebagai karunia. Pelita itu melambangkan hati manusia.
Gadis-gadis menunggu kedatangan mempelai laki-laki di dalam bagian di atas. Di sini, kita harus mengerti sungguh-sungguh mengenai latar belakang budaya Israel. Mereka mengadakan perjamuan kawin di malam hari dan hal itu dimulai ketika kedatangan mempelai laki-laki. Karena itu, mempelai wanita haruslah menanti mempelai laki-laki. Inilah keadaan perjamuan kawin di Israel. 
“Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.” Kemudian ada seruan, “Lihat, mempelai laki-laki sudah datang!” Lalu, mempelai wanita bangun dan kemudian bergegas untuk merapikan dandanan mereka. Ketika kesepuluh gadis menantikan mempelai laki-laki, mempelai laki-laki datang dengan seruan, “Lihat, mempelai laki-laki sudah datang.” “Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.” Gadis-gadis yang bodoh itu selalu melakukan kebodohan. Mereka seharusnya menyiapkan minyak sebelum mempelai laki-laki datang. Tidak peduli bagaimana bentuknya pelita itu, pelita dengan minyak akan bisa terus menyala.
Gadis-gadis yang bodoh yang pelitanya tidak memiliki minyak membakar pelita itu sendiri. Ini berarti bahwa hanya hati mereka yang terbakar. “Saya sudah dilahirkan kembali, menjalani kehidupan orang yang dilahirkan kembali, dan pasti sudah dipenuhi oleh Roh Kudus.” Mereka dengan sangat bersemangat membakar hati mereka demikian. Ketika kami masih kecil, kami bisa memakai lampu minyak untuk menerangi kamar. Kalau apinya kita pakai untuk membakar kertas, maka kertas itu dalam sekejap akan terbakar. Api itu akan menyala dengan sangat besar dan terang, tetapi kemudian dengan segera juga akan padam.
Gadis-gadis yang bodoh yang masuk neraka adalah mereka yang membakar hati mereka (emosi mereka) tanpa minyak dan yang api imannya akan langsung padam ketika saat yang sesungguhnya mereka bertemu dengan Tuhan. Mereka tidak memiliki Roh Kudus di dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir bahwa kepercayaan mereka sudah benar, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki Roh Kudus. “♬Datanglah, Roh yang membakar, Datanglah♬” Mereka semangat sekali. Kemudian, para wanita mulai menari (mereka menyebutnya menari oleh Roh Kudus), memukul dada mereka sambil berkata, “Datanglah, mari datanglah.” Mereka adalah orang-orang yang bodoh dan gila. Kita tentu saja bodoh kalau masih memiliki dosa di hadapan Juruselamat kita. Kita akan seperti gadis-gadis yang bodoh kalau kita memiliki dosa di dalam hati kita, meskipun kita sudah percaya kepada Yesus. Jangan pernah menjadi gadis yang bodoh.


Bagaimana mungkin Tuhan bisa menikah dengan mempelai perempuan yang memiliki dosa?

Tuhan adalah Allah yang kudus. Mempelai laki-laki adalah Allah dan Anak Allah yang tidak memiliki dosa. Allah adalah mempelai laki-laki kita. Namun, bagaimana mungkin anda berusaha untuk bertemu Allah sementara anda memiliki dosa? Apakah anda ingin bertemu Allah dengan dosa di dalam hati anda? Hal itu akan menjadi sesuatu yang sangat bodoh dan konyol untuk dilakukan.
Yesus, mempelai laki-laki kita, datang ke dunia ini dan membuat mempelai perempuan dikuduskan. Ia mengubah mempelaiNya menjadi orang-orang benar dengan menghapus dosa mereka melalui baptisanNya. Ia memilih mereka menjadi mempelaiNya di dalam Dia. Ketika waktunya sudah genap, lima di antara mereka berkata, “Datanglah.” Namun, lima di antara mereka yang lain masih berdiri di dalam kegelapan. Bagaimana mungkin mereka mengadakan perjamuan kawin kalau muka mereka masih gelap? Mempelai laki-laki berkata, “Bagaimana keadaanmu?” Wajah kelima mempelai perempuan yang bodoh itu menjadi gelap karena dosa-dosa mereka. Mereka berada di dalam kesedihan karena segala dosa mereka ditanggungkan di sana-sini di dalam hati mereka.
Bagaimana mungkin Tuhan menikah dengan mempelai wanita yang menangis karena dosa-dosanya? “Terima kasih, Tuhan, karena menguduskan aku seperti ini.” Orang yang begini akan berbahagia dengan mempelai rohaninya, meskipun ia lemah karena mempelai laki-laki mengasihinya dan menghapus segala dosa dan kelemahannya. Mempelai laki-laki biasanya menginginkan mempelai wanita untuk memakai dandanan, dengan mengirimkan pakaian dan semua parfum serta kosmetik yang terbaik. Lalu, mempelai itu akan mengenakan semuanya itu dan ia siap untuk bertemu dengan sang mempelai laki-laki. 
Tuhan kita diutus ke dalam dunia ini sebagai mempelai laki-laki untuk menuntun kita sehingga kita bisa bertemu denganNya sebagai mempelai wanitaNya. Ia memberikan kepada kita tubuhNya bagi pengampunan dosa di sungai Yordan. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Tuhan sendiri menanggung segala dosa kita sehingga kita akan mendapatkan kepenuhan kasih karunia, kebenaran dan pengampunan dosa dengan percaya kepada Tuhan. Mempelai laki-laki menanggung segala dosa mempelai wanita di sungai Yordan. Tuhan menyelamatkan mempelai wanitaNya dari dosa-dosa mereka dengan menanggung hukuman mengganti mereka di kayu Salib.


Bisakah kita membeli Roh Kudus dengan uang dan siksaan?

Namun, gadis-gadis yang bodoh meminta supaya gadis-gadis yang bijaksana membagikan minyak kepada mereka, karena lampu mereka kehabisan minyak, ketika mempelai laki-laki hampir tiba. Bisakah kita membagikan Roh Kudus? Apakah kita bisa membeli Roh Kudus dengan uang? Bisakah kita membeli pengampunan dosa dengan perbuatan baik, siksaan atau uang? Gadis-gadis yang bijaksana menyuruh mereka membeli Roh Kudus dari para pengkhotbah Kebangunan Rohani. Gadis-gadis yang bodoh berpikir bahwa mereka sudah membelinya dari mereka. Mereka berpikir bahwa mereka bisa membeli minyak itu dengan uang. Mereka dengan sangat bersemangat menjalani kehidupan keagamaan, berpikir bahwa persembahan yang banyak dan kebaktian, menghadiri gereja ortodoks dan berdoa berulang kali akan memberikan sesuatu kepada mereka. 
Tetapi bagaimanapun caranya, tidak ada orang yang bisa membeli pengampunan dosa, yang adalah pemberian Tuhan, dengan apapun yang ada di dunia ini. Gadis-gadis yang bodoh berusaha membakar emosi mereka sampai mereka harus berdiri di hadapan Allah. Salah satu dari gadis-gadis yang bodoh memulai kehidupan keagamaan dengan berkata, “Aku akan mengikuti Engkau, aku juga akan naik ke atas gunung untuk berdoa dan berdoa pertobatan. Mari kita melayani Dia, mari kita pergi untuk mengabarkan Injil.” 
Mempelai laki-laki kemudian datang dengan diiringi kemeriahan. Gadis-gadis yang bodoh pergi untuk membeli minyak ketika mempelai laki-laki datang, tetapi gadis-gadis yang sudah menerima pengampunan dosa dan menyiapkan minyak (Roh Kudus) langsung pergi ke pesta perjamuan kawin. Mempelai laki-laki akan menemui mempelai wanita setelah Ia menyiapkan segala sesuatu. Lalu Ia mengunci pintu. Yesus tidak secara sembarangan memilih lima gadis. Angka ‘lima’ berarti ‘anugerah’ di dalam Alkitab. Lima orang gadis yang bijaksana melambangkan mereka yang sudah menerima pengampunan dosa dengan anugerah dan percaya kepada anugerah dan perbuatan baikNya. Mereka mengenali hal-hal yang sudah dilakukan mempelai laki-laki bagi mereka dan percaya kepada kebenaran Allah, yang membuat mereka menjadi orang benar. Namun, gadis-gadis yang lain kemudian datang dan berkata, “Tuhan, Tuhan, bukakanlah pintu bagi kami.” Tetapi Ia menjawab, “Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, Aku tidak mengenal kamu.”


Kita bisa menerima karunia Roh Kudus hanya kalau dosa-dosa kita sudah dihapuskan

Mereka yang tidak menyiapkan minyak tidak bisa bertemu Tuhan. Tuhan hanya menerima mereka yang percaya kepada kebenaran Allah dan menantikan Kerajaan Surga dan mereka yang sudah sungguh-sungguh menerima pengampunan dosa di dalam hati mereka, kepada Kerajaan Surga. Tuhan mengucapkan firman janji, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu.” Lalu, apa yang akan terjadi setelah pengampunan dosa kita? Alkitab mengatakan, “Maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38). Kalau anda menerima Injil kebenaran Allah, dosa-dosa di dalam hati anda akan sungguh-sungguh dihapuskan dan Roh Kudus akan datang kepada anda. Kita tidak bisa secara fisik merasakan Roh Kudus dari Allah. Namun, Roh Kudus memang sungguh-sungguh ada. Kita bisa berkata bahwa kita tidak memiliki dosa lagi karena kita memiliki Roh Kudus dan firman Allah di dalam hati kita. Itu sungguh-sungguh ada. Orang yang menerima kebenaran Tuhan menjadi orang benar, meskipun ia sendiri lemah. Namun, orang yang tidak memiliki kebenaran Tuhan akan tetap menjadi orang berdosa.


Karena di dalamnya nyata kebenaran Allah

Tuhan datang dengan air dan Roh. Ia menyelamatkan kita dari dosa ketika Ia dibaptiskan dan menerima penghukuman menggantikan segala dosa dengan mencurahkan darahNya. Apakah yang dikatakan Para Rasul Yohanes, Petrus dan Paulus mengenai hal ini? Mereka bersama-sama berbicara mengenai baptisan dan darah Yesus di kayu Salib. Matius 3:13-17 dengan jelas menulis mengenai baptisan Yesus. Yesus dibaptiskan untuk menjadikan orang berdosa menjadi tidak berdosa dan untuk menghapus segala dosa dunia di sungai Yordan.
Mari kita melihat 1 Petrus 3:21. Petrus bersaksi bahwa kiasan dari keselamatan adalah baptisanNya. “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah-- oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya” (1 Petrus 3:21-22).
Di situ tertulis, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah-- oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Baptisan Yesus, yang menanggung segala dosa kita dengan tubuhNya, menjadi bukti bagi keselamatan kita. Kenyataan bahwa Ia mencurahkan darahNya di kayu Salib adalah bukti kepada kenyataan bahwa kita sudah dihakimi atas segala dosa kita. Apakah anda melihat apa yang saya maksudkan? Karena itu, Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Dia yang datang dengan air, darah dan Roh Kudus (1 Yohanes 5:6-9). Yesus diutus ke dunia ini dalam rupa manusia dan menanggung segala dosa dengan cara yang sama dengan cara Imam Besar Harun menumpangkan tangan kepada binatang korban penghapus dosa untuk menanggungkan dosa-dosa semua bangsanya.
Air adalah kiasan untuk apa yang menyelamatkan kita; baptisan. Tertulis bahwa hal itu bukanlah untuk membuang kekotoran daging. Ini tidak berarti bahwa kita tidak melakukan dosa setelah kita menerima pengampunan dosa. Kita menerima pengampunan dosa dengan percaya kepada baptisan Yesus. Lalu, tidakkah kita melakukan dosa dengan daging kita? Kita melakukan dosa. Banyak orang salah paham akan pengampunan dosa dan berkata, “Kalau engkau tidak memiliki dosa di dalam hatimu, engkau tidak akan melakukan dosa.” Ini adalah suatu kesalahpahaman. Alkitab mengatakan, “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa” (Pengkhotbah 7:20). Daging itu lemah. Daging lemah sampai mati. Daging selalu melakukan dosa sampai mati. “Bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah.” Hati nurani kita diubahkan menjadi hati nurani yang baik kepada Allah melalui iman kita kepada baptisan dan darah Yesus. Hati nurani kita bisa menyebut Allah Tuhan kita dan Juruselamat kita dengan iman kepada kenyataan bahwa Tuhan menanggung segala dosa kita dengan baptisanNya.


Makanan rohani bagi hati kita adalah baptisan dan darah Yesus

Makanan untuk hati adalah baptisan dan darah Yesus. Makanan untuk hati dan lambang yang menghapus dosa kita adalah baptisan Yesus. Karena itu, Rasul Petrus mengatakan bahwa baptisan adalah lambang, yang menyelamatkan kita. 
Mari kita lihat 1 Petrus 1:22-23. “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.” Amin.
Kita sudah dilahirkan kembali dan menerima pengampunan dosa dengan percaya kepada baptisan dan darah Yesus. Kita dilahirkan kembali dengan percaya kepada firman Tuhan yang tertulis. Kita sudah dilahirkan kembali ‘oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.’ Haleluya! Kelahiran kembali terjadi melalui firman yang hidup dan yang kekal. Firman Allah adalah kanon, yang menunjuk kepada tali pengukur. Itu adalah patokan untuk keselamatan. Tali pengukur untuk keselamatan Allah tidak akan pernah berubah.
Yohanes Pembaptis mengatakan di dalam Yohanes 1:29, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!” Anak Domba Allah yang dibaptiskan di sungai Yordan adalah roti kehidupan yang sesungguhnya, yang menyelamatkan kita dengan tubuh dan darahNya.
Kita dikuduskan dan diselamatkan melalui percaya kepada firman Allah. Alkitab mengatakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus,” dan “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 10:17, 1:17). Kita bisa menjadi orang benar hanya dengan percaya kepada Injil. 
Sudahkah anda dikuduskan? —Amin.— Tidakkah anda memiliki dosa? Itulah Injil, kabar baik, ‘euaggelion’ dalam bahasa Yunani. Itulah kenyataan bahwa Tuhan menanggung segala dosa kita dengan memberikan tubuh dan darahNya bagi kita. Kebenaran Allah mengijinkan kita untuk dikuduskan. Kebenaran Allah adalah bahwa Yesus, yang tidak berdosa, menanggung segala dosa dunia dan disalibkan menggantikan orang-orang berdosa. Airlah, baptisan Yesus, yang membasuh segala dosa dunia. Kebenaran Allah sudah diberikan melalui kenyataan bahwa Yesus menanggung segala dosa dunia dengan baptisan dan penyalibanNya. Kebenaran Allah mencakup baptisan dan kematianNya, dan kayu Salib adalah lambang penghukuman kita. Itulah kebenaran Allah yang dinyatakan di dalam Injil.