Search

Khotbah-Khotbah

Pokok 9: Kitab Roma (Komentari dalam Surat Roma)

[Pasal 3-1] Pendahuluan Kepada Roma Pasal 3

Paulus berkata bahwa ketidakpercayaan manusia tidak mempengaruhi kesetiaan Allah. Melanjutkan dari pasal 2, Rasul Paulus menunjukkan di dalam pasal ini bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki keunggulan dibandingkan dengan orang-orang bukan Yahudi. Dalam pasal ini, Paulus membandingkan antara hukum Taurat dengan hukum Yesus sebelum ia berbicara mengenai kebenaran Allah, yang membuat orang berdosa menerima kebenaranNya dan membawa mereka menjadi orang benar. Ia juga memberi penekanan dalam pasal ini kepada keselamatan dari dosa bukan karena perbuatan, tetapi karena iman kepada kebenaran Allah. 

Rasul Paulus mengatakan bahwa meskipun orang-orang Yahudi dan orang-orang lain tidak percaya kepada kebenaran Allah, ketidakpercayaan mereka tidak akan membuat kebenaranNya sia-sia. Allah tidak bisa berdusta dan kesetiaan kebenaranNya tidak akan lenyap. Hasil dari kebenaran itu tidak akan lenyap hanya karena orang-orang Yahudi tidak percaya kepada kebenaranNya. 
Kebenaran Allah yang dikhotbahkan Paulus tidak bisa dilenyapkan hanya karena ketidakpercayaan manusia. Siapapun percaya kepada keselamatan yang diberikan Allah kepada orang-orang berdosa menerima kebenaran Allah, dan kebenaran ini sempurna melebihi moralitas atau pemikiran manusia. 
Paulus menyalahkan mereka yang tidak percaya kepada kebenaran Allah sebagai menjadikan Allah pendusta. Allah berkata bahwa Ia secara sempurna menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka melalui kebenaranNya tetapi mereka tidak percaya, sehingga, Ia dianggap sebagai pendusta. Namun, kebenaran Allah tidak terpengaruh oleh ketidakpercayaan mereka. 


Bagaimanakah Kebenaran Allah Dinyatakan?


Mereka yang tidak percaya kepada kebenaran Allah akan dihakimi karena dosa-dosa mereka. Kita semua bisa mengkonfirmasikan kebenaran Allah dengan keselamatan yang diberikanNya. Mereka yang percaya kepada kebenaranNya menerima pengampunan dosa dan mendapatkan kehidupan kekal. Begitu juga, setiap orang bisa diberkati dengan percaya kepada kesetiaan kebenaran Allah.
Kebenaran Allah bukanlah palsu, tetapi sungguh-sungguh. Semua manusia adalah pendusta di hadapan Allah. Tetapi Allah bekerja seperti yang dijanjikanNya dan menggenapi janji-janji itu. Karena itu, kesetiaan Allah menang atas dusta manusia. Manusia harus percaya kepada kebenaran Allah. Allah tidak akan mengubah apa yang sudah dikatakanNya, sementara manusia seringkali mengubah sikap mereka berdasarkan penilaian mereka atas situasi yang ada. Allah selalu setia kepada apa yang sudah dikatakanNya kepada manusia. 

Roma 3:5 menegaskan, “Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan?” Ketidakbenaran manusia menyatakan kebenaran Allah. 
Kebenaran Allah dinyatakan lebih lanjut lagi dengan kelemahan-kelemahan kita. Hal ini seperti yang tertulis, Yesus sendiri bertindak dengan benar untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dari segala dosa mereka. Karena itu, kebenaran Allah bersinar lebih terang karena kelemahan manusia. Kebenaran ini bisa ditemukan di dalam Injil air dan Roh, yang dipenuhi dengan kebenaran Allah. Alasan untuk hal ini adalah karena semua manusia berdosa sampai hari kematian mereka dan kasih Allah lebih besar daripada dosa-dosa itu. Kasih Allah menyelamatkan orang-orang berdosa yang sangat lemah dari dosa-dosa mereka.
Tuhan kita mengalahkan segala dosa dunia dan menggenapi keselamatanNya melalui pengampunan dosa. Tidak ada orang yang bisa menjalani kehidupan tanpa dosa. Karena manusia memang menuju ke neraka, Allah memperhatikan mereka dengan kasihNya, dan inilah kebenaranNya.
Kita manusia adalah pendusta sejak hari kita dilahirkan dan menolak kebenaran Allah dengan tidak percaya kepada firmanNya. Manusia sebenarnya ditentukan untuk binasa di hadapan Allah karena tidak satupun perbuatan mereka diterima di mataNya. Tetapi Allah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita dengan kasihNya karena Ia mengasihani kita. Semua manusia menuju neraka karena mereka tercemar oleh tipu daya Iblis dan semua mereka berdosa. Namun, Allah mengutus Anak TunggalNya untuk menyelamatkan manusia dari tangan si jahat dan kuasa kegelapan. 
Rasul Paulus mengatakan bahwa manusia bisa jadi berusaha untuk berlaku baik setiap harinya, tetapi dia tidak bisa tidak berbuat dosa di sepanjang kehidupannya. Namun, kejahatan manusia justru akan menambah kenyataan kebenaran dan kasih Allah. Pada dasarnya, manusia tidak memiliki kebenaran dan karena itu membutuhkan seorang utusan Tuhan seperti Rasul Paulus. Dia mengenal dan menerima kebenaran Allah, dan dengan demikian Roh Kudus berdiam didalamnya. Itulah sebabnya mengapa ia bisa berkhotbah mengenai kebenaranNya.


Injil yang diberitakan Paulus didasarkan kepada kebenaran Allah


Injil yang diberitakan Paulus didasarkan kepada kebenaran Allah. Paulus harus mengabarkan Injil itu karena Allah mengasihi orang-orang berdosa dan menyelamatkan mereka dari dosa-dosa mereka. Kasih pembebasan Allah itu ada di dalam Injil air dan Roh. Karena itu, pengampunan dosa tergantung kepada kepercayaan kita kepada kebenaran Allah. Namun, masalahnya adalah karena manusia pada umumnya berpikir bahwa mereka harus hidup dengan baik untuk bisa diselamatkan di hadapan Allah. Manusia tidak bisa menjadi baik berdasarkan kepada insting alamiah mereka; menjadi baik secara lahiriah hanya menjadi penghalang dalam menerima kebenaran Allah. Manusia harus mematahkan pemikiran mereka yang sudah baku mengenai kehidupan baik supaya bisa menerima Injil sunat rohani, yang diberikan Allah. 
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa sungguh-sungguh baik. Lalu, bagaimana orang-orang berdosa bisa diselamatkan dari segala dosa mereka? Mereka harus membuang semua pemikiran bahwa mereka harus menjalani kehidupan yang baik untuk bisa diselamatkan. Banyak orang menolak untuk melepaskan pemikiran dan standar mereka; karena itu, mereka tidak bisa sepenuhnya diselamatkan dari dosa-dosa mereka. Kebenaran Allah yang dinyatakan di dalam Injil sunat rohani, membuat kita menyadari betapa ketidakbenaran kita kemudian menjadi sarana untuk menunjukkan kasih Allah dan betapa hebat kebenaranNya itu. Untuk alasan ini, mereka yang percaya kepada kebenaran Allah merasa bangga atas kebenaranNya dan bukan kebenaran mereka sendiri. Orang benar hanya membanggakan kebenaran Allah dan meninggikan kebenaranNya karena hal itu berasal dari Allah.

Rasul Paulus mengajarkan mengenai peranan hukum Taurat kepada kaum legalis yang percaya bahwa mereka bisa ke Surga kalau mereka melakukan perbuatan baik, tetapi kalau mereka tidak menjalani kehidupan yang baik setelah percaya kepada Yesus, mereka tidak akan pernah menemukan kebenaran Allah. Hukum Taurat adalah seperti kaca yang menyatakan dosa-dosa manusia. Paulus mengajarkan bahwa manusia memiliki iman yang pada dasarnya keliru. Inilah yang diajarkan oleh Paulus dan petunjuknya kepada kebenaran Allah.
Paulus berbicara kepada mereka yang mengikuti guru-guru palsu yang berpikir bahwa mereka bisa menjadi orang benar dan tidak berdosa setelah percaya kepada Yesus. Ia mengajarkan orang-orang yang tidak percaya supaya mereka percaya kepada kebenaran Allah dan bebas dari kutukan. Paulus mengatakan bahwa mereka yang tidak percaya kepada keselamatan air dan Roh Yesus berada di bawah penghukuman dan karena mereka tidak percaya kepada Allah, layak sekali kalau mereka dihukum. Ia berkata bahwa orang-orang berdosa harus kembali kepada kebenaran Allah dan menerima kebenaranNya untuk bisa dibebaskan dari penghukuman yang mengerikan. 


Lalu bisakah kita berdosa lagi karena kita percaya kepada kebenaran Allah?


Ayat 7 mengatakan, “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” Lalu kalau kita disebut sebagai orang-orang tidak berdosa, bisakah kita bebas berbuat dosa? Paulus mendemonstrasikan bagian ini. Karena Allah menyelamatkanmu dengan kebenaranNya, apakah engkau diijinkan lebih banyak berdosa lagi dengan bebas? Kalau engkau percaya begitu, maka engkau harus tahu bahwa sebenarnya engkau tidak mengenal kebenaran Allah dan engkau mencemarkan kebenaranNya.
Bahkan sampai saat ini, ada orang-orang yang mencemarkan kebenaran Allah di dalam hati mereka; tidak berbeda jauh dengan jaman dahulu. Paulus menuliskan ayat itu sekitar 2000 tahun yang lalu, dan bahkan di saat itu, ada orang-orang yang terkungkung di dalam jalan pikiran mereka sendiri. 

Sampai saat ini, kebanyakan orang kudus, yang belum dilahirkan kembali, salah paham bahwa kalau seseorang menjadi tidak berdosa, maka ia bisa dengan sengaja melakukan dosa. Mereka yang belum dilahirkan kembali mencemarkan orang benar, yang sudah dilahirkan kembali dari air dan Roh, sesuai dengan pemikiran kedagingan mereka dan juga menjelek-jelekkan orang-orang kudus yang sudah dilahirkan kembali. Orang-orang Kristen duniawi itu sudah memfitnah orang-orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali dengan pemikiran-pemikiran mereka yang tidak beriman. Iman yang sesungguhnya tidak bisa dipahami oleh kedagingan manusia. Dosa adalah sesuatu yang terus anda lakukan sepanjang kehidupan anda. Baik orang-orang benar maupun orang berdosa tidak bisa menghindar dari berbuat dosa. Namun, mereka yang menolak kebenaran Allah memiliki dosa sedangkan mereka yang percaya menjadi tidak berdosa. 
Paulus berkata kepada orang-orang yang tidak percaya, “Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak!” (Roma 3:3-4). Hanya karena manusia tidak percaya kepada kebenaran Allah, ketidakpercayaan mereka itu tidak bisa menghapuskan kebenaran Allah. Kalau seseorang percaya kepada kebenaran Allah, ia diselamatkan. Lalu, kalau ada orang yang tidak percaya, maka ia tidak bisa menerima kebenaranNya. Begitu saja. Kebenaran Allah akan tetap teguh sampai selamanya. Mereka yang menuju ke neraka tidak percaya kepada baptisan dan darah Yesus dan tidak akan pernah bisa menghapuskan dosa-dosa mereka. Kebenaran Allah, yang membawa orang percaya untuk dilahirkan kembali, tidak akan pernah menjadi sirna hanya karena manusia tidak mempercayainya. 


Menerima kebenaran Allah bukanlah usaha manusia

Menerima kebenaran Allah tidak ada hubungannya dengan usaha manusiawi kita. Hal itu hanya berhubungan dengan iman kita kepada kebenaran bahwa kebenaran Allah adalah pengampunan bagi dosa kita. Seseorang yang sungguh-sungguh percaya kepada kebenaran air dan Roh menerima kebenaran Allah dengan iman, tetapi orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran Allah menerima penghakiman sesuai dengan kebenaran firman Allah.
Karena itu, Allah mengutus Yesus ke dunia ini dan menjadikan Dia sebagai batu sandungan dan batu sentuhan bagi mereka yang tidak taat kepada kebenaran Allah. Ada banyak orang yang secara sukarela meminta neraka karena mereka tidak mau percaya kepada kebenaran Allah, meskipun Yesus, sebagai batu sandungan dan batu sentuhan, memberikan kepada mereka kebenaran Allah dengan menjadi Juruselamat mereka. Bahkan orang yang paling jahat sekalipun diberi jalan untuk menjadi orang benar dan mendapatkan kehidupan kekal. Bahkan orang yang banyak melakukan pekerjaan baik tidak bisa bebas dari kebinasaan kalau dia tidak percaya kepada kebenaran Allah, yang membuatnya menerima pengampunan dosa dan dilahirkan kembali.
Karena upah dosa adalah maut, semua orang yang berdosa akan melewati penghakiman. Yesus menjadi batu sandungan dan batu sentuhan kepada mereka yang mau menonjolkan kebenaran mereka sendiri dan masuk Surga tanpa percaya kepada kebenaran Allah. Jadi, alasan mengapa manusia binasa, meskipun dalam taraf tertentu mereka percaya kepada Yesus, adalah karena mereka tidak percaya kepada kebenaranNya.

Beberapa orang berkata bahwa mereka adalah orang berdosa yang sudah diberi keselamatan dari dosa, tetapi tidak ada yang disebut sebagai ‘orang berdosa yang diselamatkan.’ Bagaimana bisa seseorang menjadi berdosa lagi setelah ia diselamatkan dari dosa? Seseorang tidak berdosa kalau ia sudah diselamatkan dari dosa, dan seseorang masih berdosa kalau ia belum mendapatkan keselamatan dari dosa. Tidak ada seorangpun yang berdosa di dalam Kerajaan Surga. Allah berkata, “Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar” (Mazmur 1:5).
Manusia memberikan pertanyaan besar kepada diri mereka sendiri mengenai bagaimana mereka bisa menjadi orang benar sementara mereka melakukan dosa setiap hari. Namun, tidak perlu bagi mereka untuk khawatir mengenai hal itu. Menjadi orang benar dengan percaya kepada kebenaran Allah hanya bisa terjadi karena Tuhan telah menanggung segala dosa-dosa dunia, bersama dengan dosa-dosa masa depan mereka, ke atas diriNya dengan menerima baptisan di sungai Yordan dan mati di kayu Salib, dengan demikian menggenapi seluruh kebenaran Allah. Orang-orang berdosa bisa menjadi orang benar hanya dengan percaya kepada kebenaran Allah. Apakah anda masih berhutang kalau semua hutang anda sudah dibayar lunas?
Tuhan kita menghapuskan segala dosa kita dengan kebenaranNya. Tuhan menyelamatkan mereka yang memiliki iman yang lengkap kepada air dan Roh, sehingga tidak ada lagi kutuk untuk mereka, tidak peduli bagaimanapun lemahnya mereka. Kita semua bisa menjadi orang benar dengan percaya kepada kebenaran Allah.
    

Pemikiran manusia membawa kita kepada maut

Pemikiran manusia membawa kita kepada kematian dan hal itu berasal dari pikiran duniawi. Pemikiran rohani berasal dari iman kepada kebenaran Allah. Sangat mungkin bagi Iblis untuk mendominasi pikiran manusia. Manusia tidak memiliki pilihan lain selain berdosa dengan dagingnya. Namun, seseorang yang memiliki iman di dalam kebenaran Allah menjadi orang benar dengan iman kepada baptisan dan darah Yesus. Seseorang tidak bisa menjadi orang benar dengan menghindar dari melakukan dosa. Seseorang tidak bisa sungguh-sungguh tidak berdosa melalui perubahan fisik untuk mencapai kekudusan. Bodoh sekali kalau ada orang Kristen yang berpikir bahwa ia bisa masuk ke Surga dengan menjadi orang kudus yang tidak pernah melakukan dosa di hadapan Allah.
Kita bisa diselamatkan dari dosa sekaligus dengan percaya kepada kebenaran Allah. Selanjutnya, setiap orang berdosa bisa diselamatkan sepenuhnya dari dosa-dosanya kalau ia percaya di dalam anugerah Injil air dan Roh, yang membawa orang-orang percaya untuk dilahirkan kembali. Mungkin nampaknya sangat mustahil bagi seseorang untuk menjadi tidak berdosa dari sudut pandang manusia. Namun, hal itu mungkin dengan iman kepada firman Allah. Seseorang tidak bisa hidup tanpa melakukan dosa di dalam tubuh manusianya, tetapi hati seseorang menjadi tidak berdosa kalau ia sungguh-sungguh percaya kepada kebenaran Allah. Tubuh manusiawi ingin memuaskan keinginannya dan mustahil bagi tubuh manusia untuk menahan diri tidak berdosa karena memang tubuh manusia terus menerus menuntut kesenangan. Allah mengatakan kebenaran; seseorang hanya bisa menjadi orang benar dengan iman kepada Injil air dan Roh, yang Tuhan sudah berikan. Kita tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga dengan melakukan perbuatan baik dengan kedagingan kita. Kita hanya bisa masuk Surga dengan percaya kepada kebenaran Allah.


Ada perbedaan antara pemikiran rohani dengan pemikiran duniawi

Pemikiran duniawi tidak bisa mengerti kebenaran bahwa mereka hanya bisa menjadi orang yang tidak berdosa dengan iman dan bahwa mereka bisa menjadi orang benar, orang Kristen yang dilahirkan kembali. Karena mereka berpikir bahwa walaupun seseorang bertobat dari pelanggarannya, ia akan melakukannya lagi keesokan harinya.
Namun, meskipun tidak mungkin bagi seseorang untuk menjadi orang benar melalui perbuatan manusia, sangatlah mungkin dengan kebenaran Allah. Ini karena seseorang bisa menerima kebenaranNya dengan baptisan dan darah Yesus. Kebenaran Allah memiliki kuasa untuk menghilangkan dosa-dosa semua manusia. Kebenaran Allah itu juga memungkinkan kita untuk menjadi orang benar dan memanggil Allah sebagai Bapa. Karena itu, anda harus mengenal iman sejati yang dimulai dengan iman kepada kebenaran Allah. Iman yang benar tidak dimulai dengan pikiran duniawi, tetapi dengan iman kepada firman kebenaran. 
Banyak orang tidak dilahirkan kembali karena tidak bisa lepas dari pemikiran diri sendiri karena mereka memang terkungkung di dalam diri mereka sendiri. Orang-orang ini tidak pernah bisa berkata bahwa mereka menjadi orang benar karena mereka hanya berpikir dengan pikiran duniawi mereka, meskipun mereka berkata bahwa mereka percaya kepada Yesus. Seseorang bisa berkata kalau dia tidak berdosa hanya kalau dia percaya kepada firman sunat rohani, yang mengandung kebenaran Allah. 
Karena itu, kalau seseorang mau menerima kebenaran Allah, ia harus mendengar firman kebenaran dari orang-orang yang sudah sungguh-sungguh dilahirkan kembali dan percaya dengan segenap hati. Roh Kudus berdiam di dalam setiap orang kudus yang percaya kepada kebenaran Allah. Saya berharap anda semua mengingat kebenaran ini di dalam pikiran anda. Kalau anda sungguh-sungguh ingin mendapatkan berkat dilahirkan kembali, Allah akan mengijinkan anda untuk bertemu dengan seseorang yang sudah dilahirkan kembali yang percaya kepada kebenaranNya.


Anda berkata kalau tidak ada satupun orang benar?

Ayat 9-10 menegaskan, “Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” tertulis di sana bahwa tidak ada yang benar, seorang pun tidak. 
Apa artinya? Apakah ayat itu berbicara mengenai keadaan kita sebelum atau sesudah kita dilahirkan kembali? Kita adalah orang berdosa sebelum kita dilahirkan kembali. Kata “Tidak ada yang benar” menunjuk kepada keadaan sebelum Yesus menggenapi pelayanan menghapuskan segala dosa dunia. Seseorang tidak bisa menjadi orang benar tanpa percaya kepada Yesus.

Karena itu, perkataan “pengudusan bertahap” muncul melalui orang-orang yang melayani agama sesat atau berhala. “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.” Apakah anda berpikir bahwa orang berdosa bisa menjadi orang benar melalui melatih diri dan berusaha? Seseorang tidak bisa menjadi orang benar dengan kekuatannya sendiri.
“Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.” Tidak seorangpun yang akan menjadi orang benar atau sudah menjadi orang benar melalui kehidupan baiknya sendiri. Tidak ada seorang manusiapun yang menjadi orang tidak berdosa melalui usahanya sendiri. Hal itu hanya mungkin terjadi melalui iman kepada sunat rohani yang mengandung kebenaran Allah. 
Ayat 11 juga mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.” Tidak ada seorangpun yang memahami kejahatannya sendiri. Dengan kata lain, tidak ada seorangpun yang mengerti bahwa dirinya sedang menuju ke neraka. Seseorang yang berdosa bahkan tidak mengetahui kalau dirinya berdosa. Seseorang yang berdosa hidup pada saat ia sendiri tidak mengerti jelas bahwa dirinya sedang menuju ke neraka karena dosa-dosanya. Manusia berusaha untuk menerima keselamatan dari dosa dengan memahami bahwa dirinya layak masuk neraka karena dosa-dosanya. Namun, tidak ada seorangpun yang mengerti hakekat dosanya di hadapan Allah atau bahwa ia sedang menuju ke neraka.

Apakah kita beruntung atau tidak berada di hadirat Allah? Semua manusia tidak ada gunanya sampai mereka dilahirkan kembali. Meskipun kita semua menjadi orang benar karena Dia, bukankah kita dulu adalah orang-orang yang melawan Allah, menolak untuk percaya kepada kebenaran dan bahkan menyalahkan Dia?
Lalu, bagaimana orang berdosa bisa mempermuliakan Allah? Bagaimana orang berdosa, yang belum menyelesaikan masalah dosanya, memuji Allah? Memuji Allah dalam keadaan sebagai orang berdosa tidak mungkin menjadi penyembahan yang benar. Bagaimana mungkin orang berdosa memuji Allah? Seseorang yang berdosa tidak akan pernah bisa memberi kemuliaan bagi Allah, dan Ia tidak menerima apapun dari orang semacam itu. 
Di jaman ini, pelayanan pujian sudah tersebar ke seluruh dunia. Namun, hanya orang-orang yang sudah percaya kepada Allah yang bisa memuji Allah. Apakah anda mengira bahwa Allah akan senang dengan pujian orang berdosa? Pujian orang berdosa adalah seperti persembahan Kain. Mengapa Allah menerima pujian yang tidak ada artinya dan hati orang berdosa yang penuh dengan dosa?
Ayat 12 mengatakan, “Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.” Orang berdosa yang sudah “menyeleweng” tidak tahu karya besar yang dilakukan Allah bagi mereka, dan tidak percaya kepadaNya ataupun kepada Firman kebenaran. Juga, orang-orang berdosa tidak hanya menolak untuk memegang firman Allah atau untuk percaya kepadanya, tetapi mereka selalu memikirkan prasangka duniawi yang didasarkan kepada pemikiran mereka sendiri. Jadi, mereka tidak bisa membedakan antara apa yang benar dengan yang salah di hadapan Allah.
Pengadilan yang benar hanya mungkin terjadi dengan firman kebenaran yang mengandung kebenaran Allah. Keputusan Allah dan pengadilan yang benar hanya bisa terjadi di dalam kebenaran Allah. Anda harus tahu bahwa semua pengadilan yang benar tidak tergantung kepada manusia, tetapi ada di dalam kebenaran Allah. Pemikiran manusia sudah menyimpang dan menolak kebenaran Allah. Manusia berpikir, “Saya mengira demikian dan percaya sesuai dengan pemikiran saya sendiri, tidak peduli apa yang dikatakan oleh Alkitab.” Tetapi saya berharap agar anda menyadari bahwa orang yang tidak mau meninggalkan pemikirannya sendiri seperti itu adalah orang-orang yang menolak kebenaran Allah dengan kekerasan hati yang egosentris. Karena itu, berpikir demikian tidak akan membuat seseorang kembali kepada kebenaran Allah.


Pikiran duniawi membawa roh manusia kepada maut

Orang yang belum dilahirkan kembali dihakimi oleh hati nuraninya sendiri. Orang-orang yang demikian tidak terlalu peduli tentang apa yang tertulis di dalam firman Allah, tetapi justru, kalau sesuatu berbeda dengan apa yang ada di dalam pikirannya, mereka akan menuduhnya sebagai salah dan hanya setuju dengan sebagian saja yang sesuai dengan pikiran mereka. Alkitab mengatakan bahwa manusia sudah menyeleweng kepada pikiran mereka dan memusatkan diri kepada diri sendiri. Kalau seseorang berharap untuk dibebaskan dari dosa dengan cara yang layak, ia membutuhkan kebenaran dan keadilan Allah. Lalu apakah keadilanNya?
Keadilan Allah adalah kebenaran Allah dan anda harus tahu bahwa keadilan Allah adalah kriteria untuk penghakiman yang adil yang dilakukan Allah. “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Siapakah Pribadi yang disebut sebagai “Firman?” Siapakah Pribadi yang bersama-sama dengan Allah sang Bapa dan Roh Kudus? Dia adalah Juruselamat kita, Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi Juruselamat kita dan Raja di atas segala raja. Yesus adalah Allah.
Dikatakan di dalam Yohanes bahwa pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu adalah Allah. Ya, Tuhan Yesus adalah Juruselamat kita. Firman itu adalah Allah dan Ia adalah gambar wujud PribadiNya (Ibrani 1:3). Juruselamat adalah Allah. Dengan demikian, karena Firman itu adalah Allah sendiri, Firman kebenaranNya berbeda dengan pemikiran manusia. Anda harus menyadari bahwa orang-orang berdosa berani mencoba memahami kebenaran Allah melalui daya nalar mereka sendiri saat mereka tidak mengerti kebenaranNya. Orang yang berdiri teguh di dalam iman kepada kebenaran Allah adalah orang yang berguna yang akan dipakai dengan baik oleh Allah. Orang yang berdiri teguh dan memegang firman Allah adalah orang beriman dan berguna di hadapan Allah. Orang-orang yang seperti inilah yang diberkati.
Semua orang melawan Allah dengan pemikiran sendiri dan dengan dosa-dosa. Anda harus tahu bahwa berpura-pura menjadi kudus dan baik, atau berpura-pura baik hati dan berbelas kasihan kepada orang lain, adalah perbuatan kemunafikan yang datang dari pemikiran manusia yang mendustai Allah. Berpura-pura baik adalah mendustai Allah. Tidak ada yang baik selain Dia saja. Kalau orang Kristen tidak menerima kasih yang digenapiNya dan kebenaran keselamatanNya tanpa dilahirkan kembali, itu adalah melawan Allah dan tidak taat kepada kebenaran.
Apakah anda mengira bahwa hanya mereka yang melakukan dosa besar di dunia ini yang akan menerima kutuk Allah? Semua orang yang tidak percaya kepada kebenaran Allah tidak akan bisa lepas dari murka Allah yang mengerikan. 

Orang yang tidak percaya kepada Yesus dipenuhi dengan konsep keinginan untuk menjalani kehidupan yang baik. Siapa yang mengajarkan ide seperti itu? Iblis yang melakukannya. Namun, manusia tidak mampu menjalani kehidupan yang baik sejak ia baru dilahirkan. Karena itu, firman Allah mengatakan bahwa kita harus menerima pengampunan dosa. Apakah ini berarti bahwa kita bisa melakukan kejahatan dengan sengaja supaya anugerah semakin berlimpah? Tentu saja tidak. Karena manusia dicemari dengan dosa sejak saat mereka dilahirkan, mereka ditentukan untuk masuk neraka karena luka mereka akibat dosa yang tercemar. Karena itu, Allah mengatakan supaya mereka menerima pengampunan dosa yang disiapkan Yesus untuk mereka. Ia adalah Allah keselamatan dan menyuruh kita semua untuk menerima keselamatan dengan menerima firman kebenaranNya, yang adalah kebenaran, di dalam hati kita.


Apa hakekat manusiawi itu?

Ayat 13-18 mengatakan, “Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka membuat tipu daya Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.” 

“Bibir mereka membuat tipu daya.” Betapa hebatnya mereka membuat tipu daya. Di dalam Yohanes dikatakan, “Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri” (Yohanes 8:44). “Apa yang kukatakan itu benar, sungguh. Apakah engkau mengerti maksudku?” Semua perkataan orang yang belum dilahirkan kembali yang ditekankannya sebagai kebenaran sebenarnya adalah dusta.
Seseorang yang belum dilahirkan kembali tidak bisa tidak mengatakan dusta saat ia berbicara dengan orang lain. Ia menegaskan bahwa apa yang dikatakannya itu kebenaran, tetapi bukti yang nampak justru membuktikan bahwa setiap kali ia mengatakan tipu daya, ia mendustai orang lain dengan mengatakan bahwa hal itu adalah kebenaran. Semua yang dikatakan oleh orang-orang yang belum dilahirkan kembali adalah keliru karena ia tidak percaya kepada kebenaran Allah. 

Seorang penipu tidak pernah bersikap mencurigakan setelah mengatakan kepada orang-orang kebohongannya. Ia mengatakannya dengan cara seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang benar. Ia berbicara kepada orang-orang secara realistik dan nampak tulus untuk membuat mereka percaya kepadanya. “Aku sungguh-sungguh mengatakan apa yang benar. Kalau anda menginvestasikan sejumlah uang di sini, anda akan menuai uang banyak sekali sebagai hasilnya. Investasikan saja satu juta dolar dan dalam waktu satu tahun, anda akan menerima sekitar dua juta dolar lebih banyak dari apa yang anda investasikan. Dan dalam beberapa tahun, anda akan mendapatkan uang yang banyak sekali. Inilah model bisnis yang terbaru yang sepenuhnya aman. Cepatlah, anda harus bergegas dan memutuskan karena ada banyak orang yang antri.” Inilah yang dikatakan para penipu kepada orang lain. Anda harus ingat bahwa seseorang yang belum menerima pengampunan dosa melakukan penipuan dengan lidahnya.

Alkitab mengatakan bahwa ketika Iblis mengatakan kebohongan, ia mengatakan dari dirinya sendiri. Semua yang dikatakan oleh orang yang belum dilahirkan kembali adalah kebohongan. Tidak heran kalau seorang pelayan yang belum dilahirkan kembali menipu anggota gereja dengan mengatakan bahwa mereka akan menjadi kaya kalau mereka mempersembahkan uang dalam jumlah besar. Selanjutnya, mungkin ia mengatakan bahwa sekali seseorang menjadi penatua orang itu akan menjadi kaya karena ‘berkat Allah yang tidak tertahankan.’ Mengapa banyak orang yang berusaha keras untuk menjadi penatua? Karena tipuan dari para pelayan yang mengatakan bahwa Allah akan memenuhi seseorang dengan materi kalau mereka menjadi penatua. Ada banyak sekali orang kudus yang kehilangan kekayaannya setelah menjadi penatua. Mereka membayar sumbangan yang sangat banyak kepada pelayan yang penipu karena mereka ingin menjadi penatua.

Mari kita perhatikan Roma 3:10 lagi. Kalimat, “seperti ada tertulis,” mengindikasikan kepada kita bahwa ayat-ayat itu dikutip secara langsung dari Alkitab: “Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu-rayu” (Mazmur 5:10). “Mereka segera melakukan kejahatan, dan bersegera hendak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah; rancangan mereka adalah rancangan kelaliman, dan ke mana saja mereka pergi mereka meninggalkan kebinasaan dan keruntuhan” (Yesaya 5:9). Orang-orang yang menuju neraka karena mereka tidak tahu kebenaran Allah memang sangat patut dikasihani. 

Ayat 19 mengatakan, “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.” 
Hukum Taurat mendatangkan murka (Roma 4:5). Allah memberikan hukum Taurat kepada mereka yang belum dilahirkan kembali untuk membuat mereka melihat diri mereka sendiri sebagai orang-orang berdosa. Hukum Taurat mengajarkan kepada semua orang berdosa bahwa dia tidak mampu untuk hidup seturut dengan hukumNya. Jelas dikatakan bahwa Allah tidak memberikan kepada kita hukum Taurat untuk kita taati. Lalu apakah Allah membuat Hukum menjadi sia-sia? Tidak, Ia tidak membuat hal itu. Allah berkata bahwa Ia memberikan hukum Taurat kepada kita melalui Musa untuk mengajar kita bahwa kita orang berdosa. Ia ingin agar kita menyadari hakekat dosa kita melalui hukum Taurat dan bahwa hal itu bukanlah untuk kita taati. Peranan hukum Taurat adalah untuk menunjukkan betapa tidak layak dan tidak sempurnanya kita sebagai manusia.
Jadi, ayat 20 menulis, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” Tidak ada manusia yang akan dibenarkan di hadapan Allah oleh perbuatan ketaatan akan hukum Taurat. Bukan hanya Paulus sendiri, tetapi juga semua hamba Tuhan yang lain mengatakan, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Tidak ada seorangpun yang bisa mentaati hukum Taurat, dan tidak ada seorangpun yang pernah melakukannya. Jadi, kesimpulannya adalah seseorang tidak bisa menjadi orang benar karena perbuatan hukum Taurat.
Bisakah kita diubahkan menjadi orang benar dengan mentaati hukum Taurat? Kalau kita melihat bagian ini, kita bisa dengan mudah berpikir bahwa kita bisa menjadi kudus, sedikit demi sedikit, untuk akhirnya mencapai pengudusan dengan menjalani kehidupan baik melalui perbuatan kita setelah kita percaya kepada Yesus. Namun, bukan begitu sebenarnya. Mengatakan kalau seseorang bisa masuk Kerajaan Surga dengan pengudusan bertahap adalah salah. 

Semua orang yang belum dilahirkan kembali masih berada di bawah hukum Taurat, hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2). Karena sekali dia menjadi orang Kristen, ia mengira bahwa ia harus hidup dengan firman Allah. Orang-orang Kristen merasa ada keharusan untuk mentaati hukum Taurat dengan perbuatan mereka, tetapi pada kenyataannya, mereka tidak bisa hidup dengan hukum Taurat sama sekali. Itulah sebabnya mereka menaikkan doa pertobatan setiap hari. Mereka tidak menyadari bahwa mereka hanya masuk ke dalam lumpur agama yang tidak berpengharapan; yang namanya agama Kristen. Ini membuktikan bahwa menghidupi kehidupan keagamaan semata memang sudah salah sejak awalnya. Berusaha untuk memelihara hukum Allah setelah salah paham atas hukum Taurat membuat orang-orang yang mengaku beragama Kristen berlawanan dengan kebenaran Allah, bahkan meskipun hukum Taurat sudah ada dan mengajar kepada orang-orang yang berdosa.
Doktrin Pengudusan Bertahap di dalam kekristenan adalah sama dengan doktrin agama kafir dunia. Sama seperti doktrin masuk Nirwana di dalam agama Buddha, dalam kekristenan, Doktrin Pengudusan Bertahap menegaskan bahwa kedagingan dan rohani seseorang menjadi semakin kudus dan bertambah kudus sejak saat seseorang mulai percaya kepada Yesus, dan akhirnya menjadi cukup kudus untuk bisa masuk ke Surga.
Orang yang sudah dilahirkan dengan dicemari oleh dosa hanya bisa melakukan penyebaran dosa saja selama kehidupannya. Alasannya adalah karena orang itu memang sudah dicemari oleh dosa. Virus dosa keluar dari diri seseorang bahkan walaupun dia tidak bermaksud menyebarkan dosa. Hanya ada satu penyembuhan untuk wabah ini. Hal itu yaitu mendengar dan percaya kepada firman Injil kebenaran yang mengandung kebenaran Allah. Seseorang bisa diselamatkan dari dosa dan bahkan menerima kehidupan kekal kalau seseorang mendengar dan percaya kepada firman kebenaran pengampunan dosa, yang memampukan kita menerima sunat rohani.

Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang bisa hidup sempurna sesuai dengan hukum Taurat bahkan walaupun ia sudah dilahirkan kembali? Tidak mungkin. Alkitab menegaskan, “oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20). Bukankah kebenaran ini jelas dan sederhana? Adam dan Hawa meninggalkan firman Allah dengan tidak percaya dan jatuh ke dalam dosa karena ditipu oleh Iblis saat mereka masih Belum Berdosa, dan kemudian mereka mewariskan dosa-dosa kepada keturunan mereka setelah peristiwa itu. Namun, bahkan meskipun semua manusia sudah mewarisi dosa dari nenek moyang mereka, mereka tidak akan tahu bahwa mereka sungguh-sungguh dilahirkan sebagai orang-orang berdosa.
Sejak jaman Abraham, Allah memberikan kepada manusia pemahaman yang nyata mengenai kebenaranNya untuk membuat manusia menerima pengampunan dosa dengan percaya kepada firman Allah.


Paulus berbicara mengenai kebenaran Allah tanpa hukum Taurat 

Ayat 21-22 menegaskan, “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.” 
Dikatakan bahwa kebenaran Allah dinyatakan, “seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi.” “Kitab Taurat dan Kitab-kitab Para Nabi” menunjuk kepada Perjanjian Lama. Sekarang, Paulus berbicara mengenai Injil kebenaran Allah yang dinyatakan melalui sistem korban dalam Kemah Suci. Alkitab dengan jelas menunjukkan kebenaran Allah yang dengannya seseorang bisa menerima pengampunan dosa melalui korban penghapus dosa, dan iman Paulus juga didasarkan kepada kebenaran Allah, yang dinyatakan di dalam Alkitab.
Paulus menjelaskan bahwa tidak ada orang yang memiliki iman yang sembarangan kepada Yesus Kristus bisa memperoleh kebenaran Allah. Seseorang diselamatkan dari dosa atau tidak tergantung dari kepercayaan atau tidak percayanya seseorang. Jadi, ia mengatakan bahwa kebenaran Allah dinyatakan, “karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.”

Apakah iman yang sejati itu? Siapa unsur di dalam iman itu? Yesus Kristus. Ibrani 12:2 menegaskan, “Mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Kita harus mengerti mengenai kebenaran Allah dari orang kudus yang sudah dilahirkan kembali dan menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus dengan percaya kepada kebenaran ini dan kemudian hidup dengan iman kepada firman Allah. Percaya kepada kebenaran Allah di dalam hati berarti memiliki iman yang sejati. 
Roma 10:10 menegaskan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Kita bisa menjadi orang benar dengan percaya kepada baptisan dan darah Yesus dengan hati kita dan ditegaskan dalam keselamatan melalui kesaksian iman kita dengan mulut kita. Pengampunan dosa tidak bisa diperoleh dengan perbuatan kita, tetapi hanya dengan iman kita kepada kebenaran Allah.
Ayat 23-25 mengatakan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya.”
Alkitab mengatakan bahwa semua orang sudah berbuat dosa, dan karena itu, mereka kehilangan kemuliaan Allah. Orang-orang berdosa tidak memiliki pilihan lain selain masuk neraka. Namun, melalui penebusan yang ada di dalam kebenaran Yesus Kristus dan Allah, orang-orang menerima pengampunan dosa dengan cuma-cuma. Manusia menjadi tidak berdosa karena mereka percaya kepada kebenaran Allah. Allah menjadikan Yesus sebagai pengganti menggunakan darahNya melalui iman. 

Ketika kita melihat ayat 25-26, kita melihat, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” 
Di sini, kalimat, “untuk menunjukkan keadilanNya” menunjuk kepada kebenaran Allah, yang digenapi dengan karya yang benar yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Alasan darah Yesus dicurahkan adalah karena sebelum kematianNya, Ia menggenapi kebenaran Allah dengan dibaptiskan oleh Yohanes di sungai Yordan (lihat Matius 3:13-17). Allah sang Bapa menjadikan Yesus sebagai korban pengganti untuk dosa-dosa dunia dalam rangka memperdamaikan antara manusia dengan DiriNya. Yesus adalah penjelmaan dari kebenaran Allah.
Yesus menanggung segala dosa-dunia dengan menerima baptisan dari Yohanes. Yesus menjadi alpha dan omega. Ini berarti bahwa semua manusia bisa menerima keselamatan dari dosa kalau ia percaya kepada firman yang mengatakan bahwa Tuhan menghapuskan dosa-dosa dunia, dari sejak awal sampai akhir. 
Kebenaran Allah yang digenapkan Yesus memungkinkan kita untuk berdamai dengan Allah. Hal itu dibuat supaya orang yang berdamai dengan Allah bisa masuk ke Surga. Hanya setelah saya mulai percaya kepada firman kebenaran saya bisa memahami ayat ini, “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya.” Di masa kesabaranNya, saya bisa mengerti dan percaya kepada kebenaran Allah melalui Yesus. 

Kebenaran Allah digenapi dalam bentuk kalimat masa lampau yang sudah berakhir, yang mengindikasikan bahwa hal itu sudah selesai penggenapannya. Kita menerima pengampunan dosa dengan iman kepada Firman yang benar yang mengatakan bahwa Yesus menghapuskan segala dosa kita dengan baptisan dan darahNya. Bahkan meskipun roh kita sudah diampuni dari segala dosa kita sekaligus, daging kita masih tidak bisa tidak melakukan dosa. Allah menunjuk kepada dosa yang kita lakukan di saat sekarang ini sebagai ‘dosa yang dilakukan dahulu.’ 
Mengapa? Allah menentukan baptisan Yesus sebagai titik awal untuk keselamatan. Karena itu, pengampunan dosa digenapi sekaligus melalui kebenaran Allah, yang sudah digenapi oleh Yesus Kristus. Dosa-dosa yang kita lakukan dengan daging kita di masa ini adalah dosa-dosa yang sudah dihapuskan melalui baptisan Yesus di dalam pandangan Allah. Segala dosa dunia sudah diampuni di mata Allah. ‘Untuk membiarkan dosa-dosa yang dilakukan dahulu’ berarti ‘menganggap upah dosa-dosa sudah dibayar lunas.’ Segala dosa dunia ini adalah dosa-dosa yang sudah dihapuskan dengan baptisan yang diterima Tuhan dan darahNya di kayu Salib.
Karena itu, segala dosa manusia sejak awal dunia sampai akhirnya, dari sejak masa Adam sampai hari terakhir di dunia ini dan bahkan dosa-dosa yang dilakukan manusia pada jaman ini adalah dosa-dosa ‘yang dilakukan dahulu’ yang sudah dihapuskan di masa lalu. Mereka yang percaya kepada kebenaran Allah adalah tanpa dosa. Kebenaran ini adalah bahwa dosa-dosa yang dahulu dilakukan sudah dihapuskan. Bahkan dosa-dosa yang kita lakukan di saat ini juga adalah bagian dari dosa-dosa yang dahulu dilakukan dan sudah diampuni di dalam pandangan Allah. Orang-orang di dunia ini melakukan dosa-dosa yang sudah dihapuskan oleh Anak Allah, yang sudah diutus ke dunia ini untuk menanggung segala dosa dunia. Dosa-dosa yang dilakukan saat ini juga adalah dosa-dosa yang sudah dihapuskan oleh Tuhan. Apakah anda tahu apa artinya ini?

Yesus mengatakan bahwa Ia sudah menanggung dosa dunia ini dengan kebenaran Allah. Seseorang bisa salah paham akan hal ini kalau tidak sungguh-sungguh mengerti dengan baik. Dalam pandangan Tuhan, dosa-dosa yang kita lakukan sebagai manusia adalah dosa-dosa yang sudah diberi penghukuman karena Dia sendiri sudah dibaptiskan di sungai Yordan dan dihukum di kayu Salib. Alasan Allah mengatakan agar kita tidak lagi mengkhawatirkan mengenai dosa-dosa itu adalah karena Yesus sudah datang ke dunia ini dan menjadikan manusia dikuduskan secara sempurna sekali untuk selamanya.
Kebenaran yang dibicarakan Paulus dalam bagian ini adalah sangat penting bagi seseorang yang sudah diselamatkan karena percaya kepada kebenaran Allah. Namun, orang-orang yang belum dilahirkan kembali mengabaikan kebenaran Allah dan akan masuk ke neraka. Saudara-saudara, anda harus mendengarkan dan sungguh-sungguh mengerti firman Allah. Hanya sesudah itu maka iman anda akan diperbaiki dan dimantapkan dan bisa mengabarkan Injil kepada orang lain. Apakah anda tahu bahwa Allah menginsafkan dunia ini akan dosa, kebenaran dan penghakiman untuk pada akhirnya menyebutkan mengenai kebenaranNya? (Yohanes 16:8).
Allah menjadikan Yesus menjadi pengganti melalui darahNya, melalui iman, untuk menunjukkan kebenaranNya karena di dalam kesabaranNya, Allah sudah menanggungkan dosa-dosa yang sudah kita lakukan. Karena Allah menjadikan Yesus sebagai pengganti, Ia mengajarkan kepada kita bahwa bahkan dosa-dosa yang sudah kita lakukan sudah dihapuskan. Karena itu, kita menjadi orang benar dengan percaya kepada kebenaran Allah. 
Di dalam ayat 26 tertulis, “MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.” ‘Pada masa ini,’ Allah mengijinkan kita untuk memiliki kehidupan kekal, dan Ia tidak mau menghukum dunia. ‘Pada masa ini,’ ketika Allah mengutus Yesus Kristus untuk ‘menunjukkan keadilanNya,’ Tuhan menunjukkan kebenaran Allah dengan baptisan dan darahNya. Allah mengutus Anak TunggalNya datang ke dunia ini untuk dibaptiskan dan disalibkan dan dengan itu menunjukkan kepada kita kasih dan kebenaranNya. 

Allah menggenapi semua kebenaranNya melalui Yesus. Setiap orang yang percaya kepada kebenaran Allah adalah orang-orang benar. Allah kita menggenapi tindakan menghapuskan dosa-dosa dunia sekali untuk selama-lamanya. Bisakah kita percaya kepada kebenaran Allah dengan hati kita? Allah berkata bahwa kita adalah orang-orang benar dan tidak berdosa ketika kita percaya kepada kebenaranNya. Mengapa? Bukankah orang yang percaya kepada Yesus tidak berdosa karena Ia sudah melakukan tindakan yang benar dalam membasuh segala dosa kita? Seorang yang percaya kepada kebenaran Allah adalah orang-orang benar karena ia tidak memiliki dosa. Karena Tuhan sudah menghapuskan segala dosa yang kita lakukan sepanjang hidup kita, kita bisa percaya kepada kebenaran Allah. Kalau tidak demikian, kita tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk menerima kebenaran Allah.


Hanya kebenaran Allah yang bisa dimegahkan

Ayat 27-31 mengatakan, “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.”
Meneguhkan hukum Taurat berarti bahwa kita tidak bisa diselamatkan dari dosa dengan perbuatan kita sendiri. Kita adalah makhluk yang lemah dan tidak sempurna, tetapi kebenaran Allah menjadikan kita sempurna melalui firmanNya. Percayalah kepada firman kebenaran Allah yang sudah menyelamatkan kita. Bahkan setelah kita diselamatkan dari dosa, Tuhan kita senantiasa berbicara kepada kita, “Engkau tidak sanggup, tetapi Aku sudah menguduskan engkau. Karena itu, engkau seharusnya mendekat kepada Allah dengan kebenaranNya.”

Tertulis di dalam ayat 27, “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman.” Seseorang harus mengerti hukum kebenaran yang sudah Allah tetapkan dan kemudian mereka harus percaya kepada hukum kebenaranNya ini. “Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman.” 
Anda harus mengerti bahwa kita diselamatkan dari dosa kita hanya kalau kita percaya kepada kebenaran Allah dan tidak bisa diselamatkan dengan perbuatan anda sendiri. Roma pasal 3 berbicara mengenai bagian ini melalui Rasul Paulus “jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak!” Seseorang yang percaya kepada kebenaran Allah akan berdiri teguh, tetapi orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran Allah akan jatuh.
Roma pasal 3 menyatakan kebenaran Allah dengan jelas. Anda harus mengingat bahwa Allah menetapkan hukum kebenaranNya untuk membuat orang-orang yang percaya kepada pemikiran manusia menjadi jatuh. Allah secara penuh menyelamatkan kita dari segala dosa. Karena itu, kita bisa diselamatkan dari dosa dengan percaya kepada firman Allah yang menyatakan kebenaranNya. Kita bisa mewarisi Kerajaan Allah dan berdamai denganNya melalui percaya kepada kebenaranNya.
Mereka yang tidak percaya kepada kebenaran Allah tidak bisa memiliki damai di dalam hati mereka. Pertanyaan apakah seseorang diberkati atau dikutuk tergantung kepada apakah seseorang percaya kepada kebenaran Allah atau tidak. Kalau seseorang tidak menerima firman kebenaran Allah, ia akan dihakimi sesuai dengan kutukan yang adil dari firman Allah. Keselamatan berasal dari kasih Allah dan kemudian kita menerima keselamatan dari dosa dengan percaya kepada kebenaranNya. Kita memuji Tuhan yang memberikan kepada kita iman di dalam kebenaran Allah. Mari kita bersyukur atas kenyataan bahwa kita memiliki iman yang sama dengan yang dimiliki Rasul Paulus. Kita patut memuji Tuhan.
Kita juga memuji dan bersyukur kepadaNya karena kita sudah diselamatkan dari dosa dengan percaya kepada baptisan Yesus dan darahNya di kayu Salib. Kalau bukan untuk keselamatan ini, iman, atau gereja Allah, kita tidak akan pernah bisa menerima pengampunan dosa. Kita sungguh-sungguh percaya kepada kebenaran Allah dengan hati kita, dan membuat pengakuan dengan bibir kita akan keselamatan kita. Kita bersyukur kepada Allah yang menyelamatkan kita dari segala dosa dengan kebenaranNya.