Search

Khotbah-Khotbah

Pokok 10: Kitab Wahyu (Komentari dalam Kitab Wahyu)

[Pasal 3-2] Mereka Yang Tidak Mencemarkan Pakaiannya (Wahyu 3:1-6)

Mereka Yang Tidak Mencemarkan Pakaiannya
(Wahyu 3:1-6)
 
Bagian di sini mengatakan, “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Berjalan dalam pakaian “putih” berarti bahwa mereka sudah mempertahankan iman mereka di dalam kebenaran Allah.
Allah berjalan dengan mereka yang mempertahankan kemurnian iman mereka. Ia tidak pernah meninggalkan mereka, tetapi senantiasa beserta mereka dan memberkati mereka.
Ada orang-orang benar di dunia ini yang berjalan dengan Roh Kudus. Allah sudah menuliskan nama mereka di dalam Kitab Kehidupan dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka. Dengan mengenakan pakaian putih kepada mereka dan senantiasa beserta dengan mereka, Allah menjadikan mereka bisa senantiasa menang atas Iblis dalam perjuangan mereka melawannya.
 


Menjadi Orang Yang Menang Atas Iblis 

 
Untuk menjadi orang yang menang atas Iblis, kita harus terlebih dulu percaya kepada Firman penebusan yang diberikan Tuhan kepada kita. Karena itu, mari kita kembali kepada Firman dan melihat bagaimana Tuhan sudah menyelamatkan kita dengan Injil air dan Roh.
Mari kita mulai melihat 10:25-35. “Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: ‘Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.’”
Kita melihat gambaran mengenai dua tokoh di dalam bagian di atas: Yesus dan seorang ahli Taurat. Ahli Taurat ini, untuk membanggakan kesetiaannya kepada hukum Taurat, bertanya kepada Yesus: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Kesan apa yang anda dapatkan dari pertanyaan itu? 
Ahli Taurat yang mengajukan pertanyaan ini salah berpikir bahwa ia bisa mentaati hukum Taurat dengan mengikutinya dengan cara literal. Tetapi Allah memberikan hukum Taurat kepada manusia supaya manusia bisa melihat dosa-dosa yang ada di dalam hatinya. Hukum Taurat berbicara dan membukakan dosa yang sangat mendasar di dalam hati manusia. Di dalam hati mereka ada pikiran jahat, pikiran mengenai perzinahan, pikiran membunuh, pikiran mencuri, pikiran membuat kesaksian palsu, pikiran kemarahan, dan yang lainnya. Untuk menunjukkan dosa di dalam hati ahli Taurat itu, Tuhan kita bertanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
Tuhan kita menghendaki bahwa ahli Taurat itu mengenal kehadiran dosa yang sangat mendasar di dalam hatinya. Tetapi ketika dengan nada angkuh ia bertanya, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” ahli Taurat itu sedang membanggakan kebenarannya sendiri. Dari perkataan ini, kita bisa melihat bahwa ahli Taurat itu berpikir, “Aku sudah mentaati hukum Taurat sampai sekarang, dan aku yakin bisa mentaatinya juga di masa yang akan datang.”
Tetapi kita harus menyadari bahwa hukum Taurat yang diberikan oleh Allah hanya ditaati secara sempurna oleh Allah sendiri, dan bahwa tidak ada orang lain, tidak seorangpun, yang bisa sepenuhnya mentaati hukum TauratNya. Karena itu, kalau ada orang yang berusaha mentaati hukum Taurat Allah itu justru menandakan kekerasan hati dan kesombongannya di hadapan Tuhan. Kita juga harus mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang tidak berdosa mentaati hukum Taurat Allah.
Bagi kita semua, bagaimana kita membaca firman Allah penting sekali. Ketika kita membaca firman Allah, kita harus membaca dengan penuh perhatian akan maksud yang sebenarnya ditetapkan Allah bagi kita. Kalau kita membaca Alkitab tanpa perhatian akan maksud Tuhan, iman kita bisa jadi justru mengalir ke arah yang bertentangan dengan yang dikehendakiNya. Inilah sebabnya ada banyak denominasi, dan sebabnya iman mereka yang bersama dengan Allah sangat ditolak. 
Ketika mereka yang percaya kepada Injil air dan Roh membaca Alkitab, mereka bisa mengerti dengan pasti apa sebenarnya maksud Allah itu. Tetapi kalau seseorang membaca Alkitab tanpa percaya kepada Injil air dan Roh yang diberikan Allah, maka dia justru akan salah paham, dan orang yang demikian tidak akan pernah memiliki iman yang sungguh-sungguh Alkitabiah bagaimanapun kerasnya ia belajar Alkitab.
 

Apa yang Dikatakan hukum Taurat? 
 
Kita teruskan apa yang dikatakan oleh Lukas: “Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Roma 3:20 mengatakan, “justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” Alkitab juga mengatakan, “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat” (Galatia 3:10).
Hukum Taurat tidak hanya membuat kita, yang memang dilahirkan sebagai orang berdosa, menjadi pendosa yang lebih besar, tetapi juga hanya menyatakan kelemahan dari perbuatan kita. Itulah sebabnya, “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.”
Beberapa orang mengatakan bahwa mereka bisa masuk Surga kalau mereka percaya kepada Allah dan mentaati hukumNya dengan baik, dan bahwa orang harus berjuang keras untuk mentaati hukum Taurat. Karena itu orang-orang itu, meskipun percaya kepada Yesus, menjalani kehidupannya dalam upaya untuk mentaati hukum Taurat. Tetapi mereka pada kenyataanya ada di bawah kutuk hukum Taurat. Mereka yang belum diselamatkan dari dosa meskipun sudah percaya kepada Yesus tidak bisa lepas dari batas iman mereka sendiri yang berusaha untuk mentaati hukum Taurat dengan sia-sia. Mereka bisa saja percaya kepada Yesus, tetapi mereka tetap saja menjadi orang berdosa di hadapan Allah, dan orang berdosa di hadapan Allah hanya bisa menghadapi penghukuman yang mengerikan dariNya. Inilah sebabnya Yesus, yang adalah Allah, datang menjadi Juruselamat kita dan menjadi Penebus bagi orang berdosa. Lebih jauh lagi, dengan kata lain, Yesus membereskan semua dosa-dosa kita dengan dibaptiskan di sungai Yordan.
Apakah anda tahu bahwa baptisan adalah tanda keselamatan yang membasuk segala dosa kita? Baptisan Yesus adalah satu-satunya cara yang ditetapkan Allah untuk membasuh segala dosa kita.
Alkitab mengatakan kepada kita, di dalam Matius 3:15, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kebenaran.” Kata “demikianlah” di sini berarti, dalam bahasa aslinya, “yang paling tepat,” atau “yang paling cocok.” Dengan kata lain, paling tepat dan paling cocol bahwa Yesus menanggung segala dosa keatas diriNya melalui baptisanNya oleh Yohanes. Baptisan Yesus Kristus, dingkatnya, membereskan segala dosa kita. Yesus Kristus membebaskan kita dari dosa-dosa kita dengan dibaptiskan dan mati di kayu Salib. Ketika manusia mengenal kebenaran yang pasti ini dan melawan dusta, Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang menang.
 


Siapa yang harus dilawan oleh orang-orang yang dilahirkan kembali?

 
Orang-orang yang dilahirkan kembali harus berjuang melawan dan menang atas legalisme. Dalam istilah agama, para ahli Taurat nampak baik, tetapi di dalam hati mereka adalah orang-orang yang melawan Allah. Jadi perkataan mereka, meskipun nampaknya penuh dengan kebenaran, sebenarnya adalah perkataan Iblis yang membuat para pengikutnya ada di bawah kutuk dosa. Inilah sebabnya orang-orang kudus harus berjuang dan menang atas orang-orang yang mengaku beragama itu.
Orang-orang yang mengaku beragama mengatakan menerima keselamatan dengan percaya kepada Yesus, tetapi mereka juga mengatakan bahwa manusia bisa masuk ke dalam Surga dengan menjalani kehidupan yang baik di hadapan hukum Taurat. Bisakah iman yang demikian disebut sebagai iman yang membawa seseorang untuk diselamatkan? Tentu saja tidak.
Jadi, Tuhan menggunakan sebuah perumpamaan untuk menjelaskan kepada orang legalis dan kita mengenai hal ini. Perumpamaan itu adalah demikian: ada seseorang yang pergi ke Yerikho dari Yerusalem dan diserang oleh penyamun yang meninggalkannya dalam keadaan setengah mati. Ada imam yang kebetulan lewat ke Yerikho dari Yerusalem, dan melewati orang yang hampir mati itu. Tetapi imam itu tidak menolong, bahkan menyimpang ke sisi jalan yang lain. Lalu datanglah orang Lewi, melewati korban itu, tetapi ia, juga, berpura-pura tidak mendengar seruan permintaan tolong orang itu dan bahkan hanya lewat begitu saja. 
Lalu, orang ketiga datang, yang ini seorang Samaria. Berbeda dengan imam dan orang Lewi, orang Samaria ini langsung membalut luka orang itu, mengolesnya dengan minyak dan anggur, mengangkutnya dengan binatang miliknya, dan merawatnya. Ia bahkan memberi uang kepada penjaga penginapan sambil berkata, “Urus dia baik-baik. Saya akan kembali nanti; kalau anda mengeluarkan uang lebih daripada yang saya berikan untuk mengobatinya, saya akan membayar dalam perjalanan pulang saya. Lakukan apa saja untuk menolong orang ini.”
Siapa diantara ketiga orang itu yang baik? Orang Samaria itu, tentu saja. Orang Samaria ini melambangkan diri Yesus. Yang menyelamatkan orang berdosa seperti kita bukanlah hukum Taurat, bukan para oengajar, pemimpin, apalagi kekuatan diri sendiri, perjuangan atau doa pertobatan. Hanya Yesus yang datang ke dunia ini untuk membasuh segala dosa kita yang adalah Juruselamat kita. Jadi Yesus “demikianlah (Matius 3:15)” memerdekakan orang-orang berdosa. Baptisan Yesus dan darahNya di kayu Salib adalah tanda dari keselamatan orang berdosa (1 Petrus 3:21). Semua orang berdosa di dunia ini diselamatkan oleh baptisan Yesus dan kayu Salib. Mereka yang percaya kepada baptisan Yesus di sungai Yordan dan darahNya di kayu Salib sebagai keselamatan mereka adalah sepenuhnya dan selengkapnya diselamatkan dari dosa mereka.
Yesus sudah memberikan kepada kita kekuatan untuk melawan dan menang atas doktrin palsu yang tidak benar. Ketika orang mengatakan, “Kami percaya kepada Yesus, tetapi kalau kita mentaati hukum Taurat Allah dengan baik dan perbuatan anda baik, maka anda akan diselamatkan dari dosa anda,” mereka hanya menunjukkan pemberontakan mereka serta dusta mereka. Kalau anda menambah atau mengurangi sesuatu dari kebenaran keselamatan dari Yesus, maka hal itu bukan lagi kebenaran. Yesus memberikan kepada kita kekuatan untuk melawan dan menang atas doktrin-doktrin yang tidak benar seperti itu.
Para pemimpin hukum Taurat jaman ini berbicara keras kepada orang lain, seolah-olah mereka mentaati hukum Taurat dengan benar. Tetapi kita seringkali menyaksikan bahwa mereka tidak bisa melakukan apa yang mereka katakan kalau menghadapi keadaan dimana, saat ada kesulitan, mereka tetap harus mentaati tuntutan hukum Taurat. Mereka menyadari bahwa meskipun mereka ingin melakukan kebaikan, mereka tidak bisa melakukannya karena kelemahan daging mereka. Dengan menyembunyikan kelemahan mereka yang menyelimuti diri mereka dengan formalitas keagamaan, mereka menipu orang lain dan menindih orang lain dengan beban yang sama. 
Sebagaimana imam dan orang Lewi di dalam bagian di atas, orang legalis jaman ini juga memakai standar ganda dengan melewati orang itu dari sisi jalan yang lain setiap kali mereka dituntut untuk berkorban. Inilah ketidakberdayaan manusia di hadapan hukum Taurat Allah. Manusia menyembunyikan hal ini dengan pakaian yang indah yang namanya agama. Tetapi semua orang yang menyembunyikan diri di hadapan Allah tidak akan bisa selamat. Hanya mereka yang mengenali keberdosaan mereka saja yang bisa menyatakan diri mereka yang sesungguhnya dengan ukuran hukum Taurat yang kemudian bisa diselamatkan dari dosa oleh Firman kebenaran air dan Roh.
Hanya Yesus tidak melewati orang yang hampir mati itu dan hanya Dia yang menyelamatkan orang-orang yang demikian dengan mendatangi dan menemukan mereka. Ia mengangkat segala dosa kita ke atas diriNya dengan dibaptiskan sebagai manusia, dan Ia membebaskan dosa-dosa orang yang hampir mati itu dengan membayar upah yang diperlukan dengan pengorbanan tubuhNya sendiri. Inilah caranya Allah menjadi Juruselamat bagi orang-orang berdosa.
 

Barangsiapa Menang Akan Mengenakan Pakaian Putih
 
Bagian ini menjelaskan kepada kita bahwa barangsiapa yang menang akan dikenakan pakaian putih. Ini berarti bahwa kita harus berjuang dan menang atas semua pendusta di dalam dunia kekristenan. Bahkan ketika kita sedang berbicara ini, para pendusta itu mengajari orang untuk percaya kepada Yesus dan hidup dalam kebaikan. Hidup dalam kebaikan, tentu saja, adalah hal yang benar. Tetapi pada dasarnya, hati manusia dipenuhi dengan berbagai hal yang menjijikan, dari pembunuhan kepada perzinahan, pencurian, dan iri hati; dan mengatakan bahwa orang-orang itu harus hidup di dalam kebaikan, meskipun maksudnya benar, sama saja dengan mendorong mereka kepada kehidupan semata dan bahkan mematikan mereka. Mengatakan kepada orang-orang yang dosanya sudah menimbun sampai ke lehernya untuk “hidup dalam kebaikan” adalah sama dengan membawa mereka kepada kabinasaan mereka sendiri. 
Dengan demikian, yang sungguh-sungguh mereka butuhkan adalah pertolongan untuk dibebaskan dari dosa-dosa mereka dengan mengajarkan kepada mereka kebenaran air dan Roh yang bisa menyelamatkan mereka dari dosa-dosa dasar mereka. Ini adalah pelajaran yang benar, dan setelah pengajaran ini akan menyusul kerinduan untuk menjalani kehidupan yang baik di hadapan Allah. Atau dengan cara lain, prioritas yang paling mendesak bagi orang-orang yang ada di luar Kristus sebagai orang berdosa adalah untuk membuat mereka menjadi orang benar dengan memberitakan Injil air dan Roh kepada mereka terlebih dahulu.
 

Kemerosotan Kekristenan menjadi Sekedar Agama Duniawi
 
Kita tidak boleh disesatkan oleh agama duniaw. Hanya kalau kita melawan dan menang atas agama duniawi yang menyebarkan dusta saja kita bisa masuk Surga. Karena kita tidak akan bisa memelihara hukum Allah, kita membutuhkan anugerah keselamatan yang diberikan Yesus kepada kita, dan hanya dengan percaya kepada anugerah ini saja kita bisa bertemu dengan Tuhan. 
Tetapi banyak di kalangan Kristen, yang meskipun percaya kepada Yesus, sedang terseret ke dalam neraka, karena terkena dusta dan tipu daya dari orang-orang yang menyebarkan dusta. Mereka tertipu karena perkataan yang menarik bahwa manusia bisa dan harus melakukan kebaikan. Tetapi karena kita pada dasarnya dilahirkan dengan dosa, kita tidak akan pernah bisa menjadi baik bagaimanapun kerasnya kita berusaha. Karena itu, kita bisa diselamatkan hanya dengan percaya kepada Injil kebenaran bahwa Yesus sudah menyelamatkan kita dengan air dan RohNya. Kita bisa menjalani kehidupan yang baru hanya kalau kita mengakui bahwa kita sudah menjadi tidak berdosa setelah percaya kepada kebenaran ini.
Orang-orang Farisi pada jaman Alkitab dan orang-orang Kristen jaman sekarang yang belum dibasuh dari dosa-dosa mereka dengan tidak percaya kepada Injil air dan Roh adalah sama—semuanya sesat. Orang-orang Farisi percaya kepada Yesus, kebangkitan jiwa-jiwa, dan kehidupan setelah kematian seperti yang tercatat di dalam Alkitab. Tetapi mereka tidak percaya kepada Yesus sebagai Mesias mereka. Lebih lagi, mereka meremehkan dan mengabaikan baptisan Kristus dan darahNya di kayu Salib. 
Di jaman ini, ada banyak orang Kristen yang seperto orang-orang Farisi itu. Mereka memiliki kecenderungan lebih percaya kepada doktrin kekristenan daripada kepada Alkitab sendiri. Inilah sebabnya begitu banyak ajaran sesat muncul dengan tiada hentinya di jaman ini. Dalam Titus 3:10-11, Allah mengatakan mengenai orang-orang sesat itu, “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.” Mereka yang termasuk kepada golongan sesat percaya, yakin, dan mengikuti pemimpin mereka lebih daripada Alkitab, dan akibatknya, mereka semua dibinasakan.
Sekarang ini juga, banyak nabi palsu muncul di dunia ini. Melalui Firman dalam pembacaan tadi, Allah mengatakan kepada kita bahwa semua manusia harus melawan dan menang atas para nabi palsu itu. Ia juga mengatakan bahwa mereka yang menang akan dikenakan pakaian kebenaran.
Dalam Lukas 18 ditemukan “perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai.” Seorang Farisi datang ke Bait Allah, mengangkat tangannya, dan berdoa dengan penuh kebanggan: “Allah, aku berpuasa dua kali seminggu dan aku memberikan sepersepuluhan dari semua yang aku peroleh.” Pemungut cukai itu, sebaliknya, bahkan tidak mampu mengangkat kepalanya ketika berdoa: “Allah, aku tidak bisa melakukan apa yang orang itu lakukan. Aku adalah orang berdosa yang penuh kelemahan, yang tidak bisa berpuasa dua kali seminggu dan yang tidak memberikan sepersepuluhan. Bukan hanya itu, aku juga mendustai orang banyak, mencuri dari mereka, dan melakukan berbagai hal jahat lainya. Aku orang yang tidak berguna. Kasihanilah aku, Allah. Kasihanilah dan selamatkanlah aku.”
Alkitab mengatakan bahwa pemungut cukai itulah yang kemudian dibenarkan oleh Allah dan bukan orang Farisi itu. Ini ditegaskan dalam bentuk pertanyaan, “siapa yang mendapatkan pengampunan dosa?” Tidak lain dari orang-orang yang menyadari kekurangannya. Mereka yang tahu kalau dirinya berdosa, orang-orang yang mengakui bahwa mereka tidak diragukan lagi akan masuk neraka maka Hukum kebenaran Allah akan diterapkan di dalam kehidupan mereka—mereka adalah orang-orang yang menerima keselamatan penebusan dari Yesus.
Matius 3:15 menuliskan yang dikatakan oleh Yesus sebelum Ia dibaptiskan. “Demikianlah” di dalam ayat ini berarti bahwa baptisan Yesus adalah cara yang paling tepat untuk menyelamatkan orang berdosa—yaitu, menyelamatkan mereka dengan melenyapkan dosa-dosa mereka melalui baptisan Yesus, yang menempatkan semua dosa-dosa kedalam diriNya.
Apakah anda percaya kepada kenyataan bahwa Yesus “demikianlah” sudah menyelamatkan anda dari segala dosa anda? Tuhan menanggung segala dosa anda ke atas diriNya dan membayar hutang dosa dengan darahNya sendiri. Anda harus percaya kepada hal ini supaya jiwa anda bisa tetap hidup. Ketika anda percaya kepada hal ini, jiwa anda disucikan, dan anda dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah.
Tetapi ada banyak orang di dunia ini yang menyangkal kebenaran air dan Roh ini, yang adalah Injil keselamatan. Inilah sebabnya kita harus berjuang dalam peperangan rohani. Saya tidak mengatakan bahwa kita harus melakukan semakin banyak dosa supaya bisa mengenal dosa-dosa kita, tetapi bahwa kita harus mengenakan anugerah Allah dengan mengenal diri kita sebagai seseorang yang pada dasarnya terikat kepada dosa dan dihukum secara rohani. Anda harus menerima kenyataan bahwa Yesus adalah Juruselamat anda. Semua orang yang mau diselamatkan harus percaya kepada Yesus penebus yang menanggung segala dosa kita ke atas diriNya dan yang dihukum menggantikan kita. Hanya dengan itu saja dosa tidak lagi bisa ada di dalam hati seseorang.
Apakah di dalam hati anda ada dosa? Orang-orang yang mengira kalau ada dosa di dalam hati mereka harus mengerti terlebih dahulu Hukum Allah. Dalam Hukum Allah, upah dosa adalah maut. Kalau anda memiliki dosa, maka anda harus mati. Kalau anda mati tanpa disucikan dari dosa-dosa anda, maka anda akan dihukum dan dibuang ke neraka. Karena semua manusia di dunia ini tidak bisa tidak melakukan dosa, semua manusia tidak bisa menghindarkan diri dari neraka menurut Hukum Allah. Inilah sebabnya Allah, yang berbelas kasihan kepada kita, menyelamatkan kita dengan mengutus Anak TunggalNya Yesus Kristus ke dunia ini, agar Dia “demikianlah (Matius 3:15)” menanggung segala dosa dunia ini ke atas diriNya melalui baptisanNya di sungai Yordan, dan menghukum Dia di kayu Salib menggantikan kita—supaya Ia bisa membawa kita ke dalam Surga. 
Kita tidak bisa diselamatkan karena perbuatan baik kita. Manusia bisa saja memiliki taraf kemunafikan yang berbeda, tetapi manusia tetap saja munafik, dan tidak ada yang bisa mencapai kebaikan yang sempurna. Karena itu, manusia bisa diselamatkan dari dosa sepenuhnya hanya kalau mereka diampuni dari segala dosa mereka dengan percaya kepada penyucian dari Yesus. Inilah inti dari kebenaran Alkitab.
Menjelaskan keadaannya sebelum ia bertemu dengan Tuhan, Paulus mengakui, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Roma 7:19). Apa sebabnya Paulus demikian? Karena manusia memang tidak mampu melakukan kebaikan. Semua manusia tahu apa perbuatan baik itu, tetapi pada dasarnya tidak seorangpun yang sanggup melakukannya. Ini berbeda sekali dalam taraf dan dimensi dari keinginan daging yang bahkan dimiliki juga oleh orang-orang benar. Inilah sebabnya manusia diselamatkan hanya dengan percaya kepada Injil kebenaran yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka.
Bagaimana Allah yang benar dan tidak berdosa menerima makhluk yang cemar dan najis seperti keadaan kita? Allah menyelamatkan dan memeluk kita karena Tuhan Yesus kita. Ia menanggung segala dosa manusia melalui baptisanNya oleh Yohanes, Imam Besar manusia, menanggung semua dosa-dosa itu di kayu Salib, dan dihukum menggantikan kita. Apakah anda percaya kepada Yesus? Percaya kepada Yesus adalah percaya kepada apa yang dilakukanNya untuk kita.
 


Cara Untuk Menghadap Allah 

 
Kain dan Habel dilahirkan dari Adam dan Hawa, orang tua manusia yang pertama. Ketika Adam dan Hawa melakukan dosa, Allah membunuh seekor binatang dan membuat pakaian dari kulit binatang itu. Ini mengajarkan kepada manusia dua hukum Allah. Yang pertama adalah hukum keadilan Allah, dimana “upah dosa adalah maut,” dan yang lainnya adalah hukum kasihNya, dimana korban dibuat untuk menutupi dosa manusia yang memalukan itu. Adam dan Hawa, karena tipu daya Iblis, melakukan dosa kepada Allah. Bagaimanapun caranya sampai mereka melakukan dosa, mereka tetap saja harus menerima kematian, karena memang upah dosa adalah maut di hadapan Allah. Tetapi Allah membunuh seekor binatang dan membuat pakaian dari kulit binatang itu. Ini adalah lambang yang menggambarkan korban penebusan yang akan datang.
Setelah melakukan dosa mereka, Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara untuk menjadi cawat. Tetapi daun pohon ara itu tentu saja tidak bisa bertahan lama, karena dengan segera kering terkena sinar matahari, dan hancur kalau mereka bergerak, dan dengan demikian tidak bisa menutupi semua kecemaran mereka. Jadi demi Adam dan Hawa yang mencoba menutupi rasa malu mereka menggunakan daun pohon ara itu dengan sia-sia, Allah membunuh seekor binatang, membuat pakaian dari kulitnya, dan mengenakan pakaian itu kepada mereka. Melalui korban penghapus dosa, dengan kata lain, Allah menutupi semua rasa malu orang berdosa.
Ini menjelaskan bagaimana kasih Allah dan keselamatanNya yang adil. Adam dan Hawa menyadari bahwa Allah membunuh binatang itu dan bukan membunuh mereka, dan bahwa Ia sendiri menutupi rasa malu mereka dan menyelamatkan mereka. Mereka kemudian melanjutkan iman ini kepada anak-anak mereka.
Adam memiliki dua anak laki-laki, Kain dan Habel. Kain, anak yang sulung, mempersembahkan kepada Allah hasil jerih payah dan kekuatannya sendiri, sementara persembahan Habel adalah domba yang disembelih yang sesuai dengan hukum penebusan Allah. Korban siapa yang diterima Allah? Kedua persembahan itu adalah salah satu peristiwa yang sangat penting di dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan kontras antara persembahan berdasarkan iman dengan persembahan berdasarkan pikiran manusia. Allah menerima korban persembahan Habel. Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak menerima persembahan Kain yang mempersembahkan hasil tanah yang merupakan hasil pekerjaan dan keringatnya, tetapi justru menerima korban persembahan dari Habel yang berupa anak sulung dari ternaknya beserta dengan lemaknya.
“Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,” kata Alkitab. Allah menerima persembahan Habel dan korbannya dengan senang. Dari Sabda ini, kita harus bisa mengerti apa yang dikehendaki di dalam hati Allah dari kita.
Bagaimana Allah akan menerima kita? Setiap hari kita melakukan kekurangan di hadapanNya; bagaimana kita bisa menghadapNya? Hanya ada satu cara kita bisa menghadap Allah, satu cara yang ditetapkan Allah bagi kita. Ini tidak lain adalah melalui “korban”—bukan korban hasil “usaha” kita, tetapi korban berupa “iman” kita. Inilah yang diterima Allah.
Apakah iman yang diwariskan oleh Adam dan Hawa kepada anak-anaknya? Iman ini adalah iman “pakaian kulit.” Dengan cara yang lain, ini adalah iman yang percaya kepada penyucian melalui korban persembahan. Di jaman ini, ini adalah iman kepada Injil air dan darah Yesus: “Aku percaya bahwa segala dosa saya sudah dihapuskan melalui baptisan dan darah Yesus, dan bahwa Ia dihukum menggantikan aku. Aku mempersembahkan iman ini sebagai korbanku. Aku percaya bahwa Tuhan menanggung segala dosaku ketika Ia dibaptiskan. Aku percaya bahwa segala dosaku ditanggungkan kepada Yesus. Seperti yang dijanjikan Allah di dalam Perjanjian Lama, Yesus Kristus membuat aku tidak berdosa dengan menjadi domba korban dan mati untuk aku. Aku percaya kepada keselamatan ini.”
Ketika kita menghadap Allah, percaya bahwa Tuhan sudah menyelamatkan kita, Allah menerima korban iman ini dan menyambut kita. Mengapa? Karena hanya oleh “korban persembahanNya” saja, dan bukan yang lain, kita menjadi tidak berdosa dan benar di hadapan Allah.
Allah menerima kita karena kita memberikan kepadaNya korban persembahan iman kita yang percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat kita. Ketika Allah menerima pengorbanan Yesus, dengan kata lain, Ia juga menerima kita di dalam Kristus. Alasannya adalah karena semua penghukuman atas dosa-dosa kita sudah diletakkan kepada korban itu, kita menjadi tidak berdosa. Inilah keadilan Allah dan kebenaranNya. Ini juga kasih Allah dan kesempurnaan keselamatanNya.
 

Kita, Juga, Mempersembahkan Iman Habel
 
Alkitab mengatakan bahwa Allah menerima korban persembahan iman Habel dengan senang. Apa, kemudian, persembahan iman yang akan diterima Allah dari kita sekarang ini? Ketika kita percaya di dalam hati kita bahwa Yesus itu Juruselamat kita, dan bahwa Ia membereskan semua dosa-dosa kita dan dihukum menggantikan kita, dan ketika kita memberikan iman ini kepada Allah, Allah menerima kita dengan persembahan iman ini. Bagaimanapun kurangnya perbuatan kita, karena segala dosa kita sudah ditanggungkan kepada Yesus, dan karena Yesus sudah dihukum menggantikan kita, Allah Bapa melihat dosa-dosa ada di dalam AnakNya, bukan di dalam kita. Allah kemudian menanggungkan semua dosa-dosa kita kepada AnakNya, menghukumNya menggantikan kita, membangkitkanNya dari kematian pada hari yang ketiga, dan mendudukan Dia di sebelah kananNya.
Allah sudah menyelamatkan semua yang percaya kepada hal ini. Ia sudah menerima korban iman kita. Tanpa Yesus Kristus, kita tidak akan pernah bisa menghadap Allah. Tetapi karena Yesus menjadi Juruselamat kita yang pasti, kita bisa menghadap Allah dengan korban iman ini, dan karena korban ini, Allah bisa menerima kita. Apakah iman kita ini kebenaran sepenuhnya? Tentu saja demikian!
Kita sekarang sudah menjadi sungguh-sungguh tidak berdosa. Karena dosa-dosa kita sudah ditanggungkan kepada Yesus, Allah mengenakan kepada kita, yang sudah menjadi tidak berdosa, pakaian putih. Ia menjadikan kita benar. Seperti yang dijanjikan Allah, “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari Kitab Kehidupan,” Ia akan mengaku nama kita di hadapan malaikat-malaikatNya.
Di Jemaat Allah di Sardis, ada beberapa orang yang berjalan dengan Tuhan dalam pakaian putih itu. Mereka tidak lain adalah hamba Allah, anak-anakNya, dan orang-orang kudusNya.
Allah menerima korban dari Habel. Dan Ia juga menerima Habel. Tetapi Allah tidak menerima korban yang tidak sepenuhnya. Mengapa Allah tidak menerima Kain dan korban persembahannya? Ia tidak menerima Kain karena korban persembahan Kain bukanlah persembahan hidup yang dipersiapkan dengan korban penyucian. Alkitab mengatakan bahwa Kain mempersembahkan hasil tanahnya, hasil dari jerih payahnya sendiri, sebagai korbannya. Secara sederhana, ia mempersembahkan panenannya. Mungkin saja itu berupa semangka, jagung, kentang, atau apa saja, dan pasti semuanya dibsersihkan dan dipersiapkan dengan baik. Tetapi Allah tidak menerima korban yang seperti ini.
Korban persembahan Kain memiliki makna yang penting yang harus dimengerti oleh orang Kristen jaman ini supaya bisa diselamatkan. Tetapi hanya sedikit yang sungguh-sungguh tahu hati Allah di dunia sekarang ini, meskipun hanya di dalam impian saja, bahwa mereka sebenarnya sedang mempesembahkan korban persembahan seperti Kain.
Ketika seseorang menghadap Allah, ia pertama-tama harus mengakui bahwa dirinya terikat oleh kematian dan neraka karena dosa-dosanya. Apakah anda mengakui hal ini di hadapan Allah, bahwa anda orang yang dikutuk dan terikat ke neraka karena dosa-dosa anda? Kalau anda tidak mengakui hal ini, maka tidak ada gunanya meskipun anda percaya kepada Yesus, karena Yesus adalah Juruselamat orang-orang berdosa. Tuhan mengatakan kepada kita, “Orang yang sehat tidak membutuhkan tabib, tetapi orang yang sakit.” Tuhan kita dibutuhkan oleh orang-orang yang menderita di bawah kuk dosa, bukan oleh mereka yang tidak menyadari dosa-dosanya dan yang mengatakan bahwa mereka tidak berdosa sementara mereka sebenarnya belum dilahirkan kembali.
Semua manusia pada dasarnya adalah berdosa. Allah karena itu harus menghukum manusia, dan manusia memang terikat untuk menghadapi murka penghukuman Allah ini. Anda dan saya, dengan kata lain, ditentukan untuk dibinasakan. Tetapi untuk menghindarkan kita dari neraka kebinasaan ini, Tuhan menanggung segala dosa kita melalui baptisanNya di sungai Yordan dan menerima murka Allah menggantikan kita. Karena ini, Tuhan bisa sepenuhnya menyelamatkan kita di hadapan Allah. Dengan demikian, hanya mereka yang sungguh-sungguh mengakui bahwa dirinya melakukan dosa di hadapan Allah dan mengakui dirinya sebagai orang berdosa yang perlu percaya kepada Allah, dan hanya untuk mereka Allah menjadi Juruselamat.
 

Iman yang Membuat Kita Mengenakan Pakaian Putih Keselamatan 
 
Seperti yang dikatakan Alkitab, “Karena kehidupan makhluk ada di dalam darahnya,” kehidupan seseorang juga ada di dalam darahnya. Karena dosa-dosa kita, kita seharusnya mati. Apa sebabnya, kemudian, Yesus mati di kayu Salib? Ia mati di kayu Salib karena Ia menanggung segala dosa kita ke atas diriNya, dan, karena upah dosa adalah maut, Yesus mencurahkan darahNya untuk membayar upah itu dan mati menggantikan kita. Untuk menjadi saksi atas kebenaran ini, Ia disalibkan, mencurahkan darah dan mati di kayu Salib menggantikan kita.
Seperti yang dikatakan Alkitab, “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita,” Yesus sungguh-sungguh mati karena pemberontakan kita, dan kebangkitanNya adalah kebangkitan kita juga. Apakah anda percaya kepada hal ini?
Yesus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan kita dan dibaptiskan untuk melenyapkan dosa-dosa kita. Yesus juga disalibkan. Manusia menghinaNya, merampas pakaianNya, meludahi Dia, dan menampar wajahNya. Mengapa Yesus, yang adalah Allah, dipermalukan sampai Ia ditampar dan diludahi? Tuhan kita direndahkan karena dosa-dosa kita.
Kematian dan kebangkitan Tuhan kita, dengan itu, menjadi kematian dan kebangkitan kita semua. Tidak ada pemimpin agama yang bisa membereskan dosa-dosa kita. Bahkan Muhammad, atau Budha, atau siapa saja di dunia ini tidak akan memberikan hidupnya untuk dosa-dosa kita.
Tetapi Yesus Kristus, Anak Allah, datang ke dunia ini dan menanggung segala dosa dengan baptisanNya di sungai Yordan dan menjadikan kita tidak berdosa. Dan untuk membebaskan kita dari kematian, kebinasaan dan kutuk, Ia memberikan kehidupanNya sendiri.
Karena itu, seperti yang dikatakan Alkitab, “kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya,” iman kita harus mengenakan pakaian kebenaran, dengan percaya kepada baptisan yang diterima Yesus untuk menanggung segala dosa kita. Iman kepada baptisan Yesus ini kemudian mengandung juga iman di dalam kematian dan kebangkitan kita.
Allah sudah menjadikan kita sebagai anak-anakNya dengan memandang kepada iman kita yang percaya kepada AnakNya. Inilah yang disebut penerimaan. Allah menerima kita dengan memandang korban iman kita yang kita bahwa ke hadapanNya. Ia tidak menerima kita dengan memandang kepada perbuatan kita, tetapi Ia menerima kita sebagai anak-anakNya dengan memandang kepada iman kita kepada Anak Allah sebagai Juruselamat semua manusia, yang menanggung segala dosa kita, dihukum menggantikan kita, dan bangkit lagi dari kematian.
Ini, saudara yang kekasih, adalah iman yang benar. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita sendiri, tetapi kita dikenakan pakaian putih karena karya Yesus Kristus. Tidak ada perbuatan manusia yang bisa 100 persen bersih. Supaya hati kita menjadi tidak berdosa, kita harus meninggalkan semua upaya kita yang sia-sia, dan kemudian hanya percaya kepada Tuhan sebagai Juruselamat kita. Dengan percaya kepada hal ini sajalah kita bisa dikenakan pakaian putih.
Nama kita kemudian akan ditulis di dalam Kitab Kehidupan, dan kita akan diakui oleh Allah di hadapan para malaikatNya. Yesus sendiri akan mengakui kita sebagai anak-anak Allah, dan berkata, “Aku sudah menyelamatkan engkau; engkau orang benar karena Aku yang membuat dosa-dosamu lenyap.” Inilah arti yang sesungguhnya dari apa yang dikatakan di dalam bagian kitab Wahyu yang sedang kita bicarakan saat ini. Kita bisa disucikan hanya kalau kita datang ke Gereja Allah, dan penyucian itu hanya bisa kita dapatkan di dalam gerejaNya.
Allah Bapa sudah menerima kita dengan memandang kepada iman kita di dalam AnakNya. Meskipun di dalam kelemahan dan kekurangan kita membuat kita senantiasa sesat setiap hari dan selalu jatuh ke dalam kelamahan, Allah memandang kepada iman kita di dalam AnakNya, dan karena iman ini Ia menerima kita sama seperti Ia menerima AnakNya sendiri. Tuhan kita sudah menyelamatkan kita.
Dan Ia sudah mengenakan kepada kita pakaian putih. Iman di dalam ketidakberdosaan hati kita adalah bukti kita mengenakan pakaian putih itu. Tuhan sudah berjanji bahwa, ketika kita menghadap Allah dengan hati kita terlebih dahulu mengenakan pakaian putih, Ia akan mengubahkan tubuh kita menjadi tubuh ilahi.
Di dunia ini, ada gereja Allah dimana orang-orang benar dan para orang-orang kudus Allah bisa ditemukan. Mereka adalah yang mengenakan pakaian putih, dan Allah bekerja melalui gereja dan para hambaNya.
Mari kita membuka lagi Wahyu 3:5: “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya.”
Satu prasyarat yang diberikan Allah di dalam bagian di atas adalah bahwa Ia akan memberi pakaian putih dikenakan hanya oleh “Barangsiapa menang.” Kita harus menang. Tetapi mereka, yang meskipun percaya kepada Yesus, tetapi juga percaya bahwa dosa-dosa harian mereka harus diampuni dengan pengakuan harian bukanlah orang-orang yang mengalahkan Iblis dalan perjuangan mereka melawannya, tetapi justru orang-orang yang kalah. Orang-orang dengan iman yang begini tidak akan bisa mengenakan pakaian putih. Mereka tidak akan pernah bisa menjadi orang benar. 
Hanya mereka yang menang yang bisa percaya kepada karya keselamatan Tuhan yang sempurna. Tuhan sudah memberikan kepada anda iman yang menang atas semua doktrin keliru seperti Doktrin Pembenaran atau Doktrin Penyucian. Allah juga suah menyelamatkan kita melalui InjilNya yang sempurna, Injil baptisan dan darah, sehingga kita bisa berjuang dan menang atas injil palsu yang tidak memberikan kepada kita keselamatan yang sempurna dan bebas dari Iblis.
Kita hanya harus menyerahkan dosa-dosa kita dengan iman, dengan yakin mengakui di dalam hati kita bahwa dosa-dosa kita sudah ditanggungkan kepada Yesus. Dan kita harus percaya bahwa kita mati ketika Yesus mati, dan bahwa kematianNya adalah kematian mewakili kita. Kita juga harus percaya bahwa Yesus bangkit dari kematian untuk membuat kita bangkit kembali. Ketika kita memiliki keyakinan iman akan kebenaran ini, Allah, dengan memandang kepada iman kita, akan menerima kita sebagai orang-orang benar.
Ini, dengan cara lain, adalah makna Sabda, “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh 1:12). Manusia tidak menjadi anak-anak Allah hanya dengan mengatakan di mulut mereka, “Aku percaya kepada Yesus,” ketika pada kenyataannya mereka bahkan tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Yesus sama sekali.
Firman Allah melanjutkan, “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Ini benar. Menjadi anak-anak Allah hanya bisa terjadi melalui iman. Untuk ini, kita harus berjuang melawan dan mengalahkan para pendusta. Mereka yang sudah menerima pengampunan dosa dengan cara mengalahkan para pendusta harus berjalan dengan Allah dengan cara mengalahkan kehendak daging juga. Mereka harus hidup, dengan kata lain, dengan kehendak Allah.
Apa, kemudian, kehendak Allah itu? Kehendak Allah adalah agar semua yang sudah mengenakan pakaian putih untuk bersatu bersama dan melayani InjilNya. KehendakNya adalah agar orang-orang benar, meskipun jaraknya terpisah, bisa bersama-sama menyembah, melayani, dan memuji Allah, dan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang berdosa supaya mereka, juga, bisa mengenakan pakaian putih. Kehidupan yang berkarya bagi keselamatan jiwa-jiwa adalah kehidupan umat Allah, kehidupan para hambaNya.
Ketika kita menjalani kehidupan yang demikian, Allah tidak hanya memberi kita mengenakan “kebenaranNya,” tetapi Ia juga akan memberikan kepada kita berkat-berkat kemakmuran di dunia ini dan berkat rohani di dalam Surga. Dengan membuat kita memberitakan Injil kepada mereka yang ada di sekitar kita, Ia membuat mereka mengenakan pakaian putih. Allah sudah mengenakan kepada semua orang benar dan orang-orang yang di sekitar mereka dengan pakaian putih. Allah sudah mengijinkan kita menang dalam perjuangan melawan ketidakbenaran dengan percaya kepada Firman kebenaran ini. Dan Ia sudah memberikan berkat-berkat mengenak pakaian putih kepada orang-orang benar yang sudah menang di dalam perjuangan rohani mereka. Puji Tuhan!